Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, menggarap pementasan sendratari kolosal oratorium "Widya Kusuma Amertha" yang melibatkan sekitar 500 penari dan penabuh dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-243 Kota Gianyar tahun 2014.

"Garapan kolosal yang ditata apik itu diangkat dari cerita Mahabaratha akan disuguhkan kepada masyarakat umum di Balai Budaya Kota Gianyar, Sabtu malam (19/4), kata Narator pementasan tersebut, Kadek Suartaya di Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, pementasan sendratari kolosal itu digarap Sanggar Paripurna Desa Bone pimpinan Made Sidia.

Pementasan yang berlangsung selama dua jam itu diiringi dua instrumen gamelan yakni gong gede dan gong semar pegulingan.

Kadek Suartaya menjelaskan, pagelaran yang dipersiapkan secara matang melibatkan ratusan penari dari daerah "gudang seni" kabupaten Gianyar itu mampu menarik perhatian masyarakat setempat.

Suguhan pementasan sendratari kolosal oratorium "Widya Kusuma Amertha" diharapkan mampu menghibur masyarakat setempat dalam merayakan hari jadi ke-243.

Suartaya yang juga pengamat seni Budaya Bali menilai, eksistensi sendratari dalam kehidupan sosial budaya Pulau Dewata dan era globalisasi mengalami dinamika perubahan.

Perubahan itu akibat faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dinamika perubahan sendratari. Sendratari merupakan salah satu bentuk tari yang bercerita yang pertama kali muncul di Jawa Tengah sekitar tahun 1961.

Setahun kemudian (1962) seni pentas itu menggunakan prinsip estetik drama tari tanpa dialog muncul di Bali. Pada umumnya sendratari Bali berorientasi dari dua epos besar India, Ramayana dan Mahabharata.

Lakon dari dua karya sastra agung itu disajikan dalam sendratari kolosal selama puluhan tahun sejak tahun 1979 hingga sekarang di arena Pesta Kesenian Bali (PKB).

Perubahan secara bentuk dapat dibagi dua yakni sendratari kecil dan sendratari besar. Untuk sendratari kecil dengan jumlah penari antara 20-25 orang sedangkan sendratari besar dibawakan sekitar 50-100 penari, bahkan lebih.

Kehadiran sendratari di tengah masyarakat Pulau Dewata mempengaruhi sejumlah bentuk seni pertunjukan Bali seperti drama gong dan cak atau kecak. Sebagai seni pertunjukan sekuler, pada era tahun 1970-1980-an menjadi tontonan favorit masyarakat setempat.

Selain itu dalam eksistensi sendratari dalam kehidupan era globalisasi menunjukkan peran yang semakin penting, karena lawatan tim kesenian Bali dalam forum nasional dan internasional sering menyuguhkan pementasan sendratari.

Demikian pula acara kenegaraan dan kebangsaan sudah lazim disertai dengan pementasan sendratari Bali. Selain itu juga diplomasi budaya Indonesia di luar negeri juga tidak jarang disertai penampilan sendratari, tutur Kadek Suartaya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014