"Kebanyakan ibu yang bekerja mengambil cuti sebulan sebelum melahirkan, saya menganjurkan agar mereka tetap bekerja. Kalau terasa mau melahirkan baru ke rumah sakit. Apa susahnya?" kata dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Siloam Hospital Semanggi.
Dalam seminar kesehatan di Jakarta, Rabu, ia mengatakan saat mengambil cuti pada ibu hamil kebanyakan tidak banyak melakukan kegiatan padahal mereka harus banyak bergerak supaya proses persalinan lancar.
"Di rumah malah tidak banyak bergerak. Banyak diam sehingga kurang olah raga," katanya.
"Saat ibu hamil banyak bergerak, maka kepala bayi akan masuk ke dalam rongga panggul yang menyebabkan saraf di sekitar panggul tertekan sehingga memunculkan rasa nyeri yang kemudian menyebabkan kontrakasi," katanya.
Selain itu, kata dia, terus beraktivitas bisa menurunkan tingkat kecemasan para ibu hamil menjelang persalinan.
"Kalau di rumah kan bosan. Main HP, main Internet, yang ada malah stress. Itu tidak baik menjelang persalinan," katanya.
Cara
lain untuk memudahkan persalinan antara lain, menurut dia, adalah
dengan merangsang puting susu memproduksi hormon oksitosin yang berguna
untuk membantu terjadinya kontraksi alami pada rahim.
Berhubungan intim dengan suami secara rutin setelah
kehamilan menginjak usia sembilan bulan (trimester ketiga) juga
dianjurkan dokter karena sperma dapat merangsang produksi hormon
oksitosin.
"Tapi perlu diingat agar suami istri menjaga kesehatan dan
kebersihan genitalia agar bakteri tidak masuk ke dalam rahim sehingga
bisa membocorkan air ketuban," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014