Denpasar (Antara Bali) - Caleg perempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Bali asal Malang, Jawa Timur, Dara Yani Juraida Nur bertekad memperjuangkan kehidupan pluralisme (multi etnik) dalam memantapkan keserasian hubungan antaretnis diPulau Dewata.

"Bali selama ini dikenal berkarakter indah multi etnis dan memberi inspirasi dalam mewujudkan kehidupan pluralisme yang berbingkai daalam persaudaraan (menyama braya)," ujar Dara Yani di Denpasar, Jumat.

Jika pihaknya terpilih menjadi anggota dewan, kata wanita kelahiran 1 Maret 1982 atau 32 tahun silam itu perjuangan untuk membangun kesadaran hidup bersama (pluralisme).

Kesadaran itu akan tumbuh dengan subur melalui praktek sehari-hari dan pendidikan.

"Semua jenis etnis Nusantara dari Sabang sampai Merauke ada di Bali, demikian juga semua warga negara dunia ada yang tinggal di Bali karena kecintaannya terhadap Bali yang aman dan damai serta memberikan inspirasi tata kehidupan yang sarat nilai kebersamaan," ujarnya.

Namun demikian, kata perempuan yang bekerja sebagai wiraswasta ini, hubungan antaretnis yang selama ini sudah berjalan baik dan mengesankan suatu saat nanti bisa dinodai segelintir orang yang antipluralisme sehingga hal ini harus menjadi perhatian penting mulai sekarang.

"Praktek politik dikhawatirkan bisa mengikis sendi-sendi kehidupan multi etnik dengan cara memprovokasi untuk kepentingan politik sesaat dengan mengabaikan tatanan dan peradaban yang sudah melembaga," ujarnya.

Dewa Ayu Made Rustini Dewi, Caleg Partai Golkar Kota Denpasar, Dapil Denpasar Utara juga menyebutkan kehidupan multi etnis sudah melembaga di Bali khususnya di Kota Denpasar, sehingga tidak pernah ada masalah atau keributan berbau etnis.

"Baik warga perantau Nusantara, Bali dan etnis Tionghoa saling membaur dalam semangat saling menghormati, menyayangi dan mengasihi satu sama lain mulai dari lingkungan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan, Desa hingga kota, kabupaten dan provinsi," ujarnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata Rustini Dewi, hubungan antarsuku dan etnis sudah membaur secara alami seperti dalam kegiatan

banjar dalam hal ada kemalangan, warga perantau dan asli saling membaur menyatu dalam wadah kebersamaan.

"Saat kami menggelar kegiatan di RT dan RW, warga antaretnis terlihat seperti bersaudara (menyama braya) tanpa membedakan latar belakang. Inilah anugrah terindah untuk Bali yang akan terus kami jaga dan perjuangkan melalui lembaga formal (DPRD) hingga menginspirasi dunia dengan spirit kebersamaannya," ujar Rustini Dewi. (WRA) 

Pewarta: Oleh I Made Surya

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014