Polusi Udara Sebabkan Tujuh Juta Kematian pada 2012

Selasa, 25 Maret 2014 12:49 WIB

London (Antara Bali) - Polusi udara menjadi ancaman resiko kesehatan terbesar di dunia karena menyebabkan kematian tujuh juta orang pada 2012 lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada Selasa.

Dengan jumlah tersebut, yang naik dua kali lipat dari perhitungan sebelumnya, polusi udara menjadi penyebab satu dari delapan kematian yang terjadi di seluruh dunia pada 2012.

WHO menegaskan upaya pengurangan polusi di dalam dan di luar rumah dapat menyelamatkan jutaan nyawa di masa depan.

Kematian akibat polusi udara biasanya terjadi dalam bentuk penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru kronis, infeksi saluran udara, dan kanker paru-paru.

"Bukti yang ada menunjukkan bahwa kita harus melakukan aksi bersama untuk membersihkan udara yang kita hirup," kata kepada departemen lingkungan dan kesehatan sosial WHO, Maria Neira, seperti dilaporkan Reuters.

"Risiko polusi udara saat ini jauh lebih besar dibanding yang sebelumnya kami pikirkan, terutama untuk penyakit jantung dan stroke," kata Neira.

Kaum miskin dan menengah di sejumlah negara Asia Tenggara dan Pasifik Barat menjadi pihak yang paling terdampak polusi udara pada 2012, dengan 3,3 juta kematian akibat polusi di dalam rumah dan 2,6 lainnya dari polusi di luar.

Polusi di dalam rumah biasanya disebabkan oleh proses memasak yang menggunakan kayu dan batu bara.

Ahli kesehatan keluarga WHO, Flavia Bustreo, mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak--terutama yang tinggal di kawasan miskin--sering menjadi pihak yang harus menanggung beban polusi dalam rumah paling besar "karena mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah dengan menghirup kepulan asap dari kayu yang digunakan untuk memasak."

Sementara di luar, udara biasanya dikotori oleh kendaraan, pembangkit listrik, emisi industri dan pertanian, serta alat pemanas rumah.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tingkat polusi di luar rumah telah naik secara signifikan di beberapa negara dengan populasi besar dengan tingkat industrialisasi yang cepat seperti Tiongkok dan India.

Pada tahun lalu, badan penelitian kanker WHO, IARC, mengingatkan udara yang dihirup telah dikotori oleh zat yang menyebabkan kanker dan seharusnya secara resmi ditetapkan beracun bagi manusia.

Ahli kesehatan publik WHO, Carlos Doram, mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk segera bertindak atas bukti-bukti tersebut dengan menerapkan kebijakan pengurangan polusi udara.

"Polusi udara sering kali disebabkan oleh kebijakan yang tidak berkelanjutan di sejumlah sektor seperti transportasi, energi, manajemen sampah, serta industri," kata dia.

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014

Terkait
Terpopuler