Semarapura (Antara Bali) - Sejumlah pedagang kecil di Pasar Galiran Semarapura, Bali, mengeluhkan maraknya pembangunan toko swalayan dan minimarket di sekitar pasar tradisional itu.
Keluhan dari sejumlah pedagang itu dibenarkan Kepada UPT Pasar Galiran Semarapura, I Nyoman Mudiarta, ketika dimintai keterangannya di Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung, Selasa.
Ia mengaku sering menerima keluhan soal itu dari para pedagang kecil di Pasar Galiran.
"Kami sering terima keluhan dari pedagang, ya kami sarankan agar mereka langsung saja menghadap kepada Bupati Klungkung untuk menyampaikan aspirasinya," katanya.
Diakui Mudiarta, Pasar Galiran saat ini sudah diserbu tiga minimarket, di antaranya Cahaya Melati, Indomaret dan Alfamart.
Jarak bangunan pusat perdagangan modern dengan pasar tradisional itu tidak lebih dari 300 meter.
"Setahu saya itu ada aturannya, tapi saya tidak memegang bukunya," kata Mudiarta menyinggung jarak antarkedua pusat kegiatan perekonomian yang cukup berdekatan itu.
Mudiarta mengakui bahwa keberadaan minimarket itu telah menyebabkan berkurangnya pendapatan dari para pedagang sayur, daging, buah dan palen-palen.
"Para pedagang kebutuhan sehari-hari itu menjadi cukup tersaingi setelah minimarket juga menyediakan kebutuhan serupa," katanya yang dikuatkan beberapa pedagang.
Pedagang kecil belakangan ini tidak hanya "diserbu" minimarket, tetapi juga sejumlah ruko yang memperjualbelikan kebutuhan sejenis dengan yang ada di pasar tradisional.
"Jika masalah ini dibiarkan, serta minimarket terus berkembang, lambat-laun pasar tradisional akan mati karena kalah bersaing," katanya.
Menurut dia, Pemkab Klungkung dalam mengeluarkan izin untuk pendirian minimarket, seharusnya dapat memperhitungkan jarak yang ideal, sehingga tak menganggu keberadaan pasar tradisional.
Saat ini, lanjut Mudiarta membeberkan, kalau Pasar Galiran selama ini telah menyumbangkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang cukup besar bagi Klungkung.
Dari sejumlah pasar tradisional yang ada, Pasar Galiran menyumbang PAD terbesar yakni Rp159,259 juta per bulan.
Sedangkan pemasukan dari pasar lain seperti Pasar Semarapura sebesar Rp39,81 juta/bulan, Pasar Senggol Rp6,25 juta per bulan, Pasar Kusamba sebesar Rp14,81 juta/bulan serta Pasar Mentigi, Nusa Penida sebesar Rp9,82 juta per bulan.
Jumlah pedagang tetap di Pasar Galiran kini tercatat 1.150 orang, dan pedagang tidak tetap mencapai 700 orang, katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
Keluhan dari sejumlah pedagang itu dibenarkan Kepada UPT Pasar Galiran Semarapura, I Nyoman Mudiarta, ketika dimintai keterangannya di Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung, Selasa.
Ia mengaku sering menerima keluhan soal itu dari para pedagang kecil di Pasar Galiran.
"Kami sering terima keluhan dari pedagang, ya kami sarankan agar mereka langsung saja menghadap kepada Bupati Klungkung untuk menyampaikan aspirasinya," katanya.
Diakui Mudiarta, Pasar Galiran saat ini sudah diserbu tiga minimarket, di antaranya Cahaya Melati, Indomaret dan Alfamart.
Jarak bangunan pusat perdagangan modern dengan pasar tradisional itu tidak lebih dari 300 meter.
"Setahu saya itu ada aturannya, tapi saya tidak memegang bukunya," kata Mudiarta menyinggung jarak antarkedua pusat kegiatan perekonomian yang cukup berdekatan itu.
Mudiarta mengakui bahwa keberadaan minimarket itu telah menyebabkan berkurangnya pendapatan dari para pedagang sayur, daging, buah dan palen-palen.
"Para pedagang kebutuhan sehari-hari itu menjadi cukup tersaingi setelah minimarket juga menyediakan kebutuhan serupa," katanya yang dikuatkan beberapa pedagang.
Pedagang kecil belakangan ini tidak hanya "diserbu" minimarket, tetapi juga sejumlah ruko yang memperjualbelikan kebutuhan sejenis dengan yang ada di pasar tradisional.
"Jika masalah ini dibiarkan, serta minimarket terus berkembang, lambat-laun pasar tradisional akan mati karena kalah bersaing," katanya.
Menurut dia, Pemkab Klungkung dalam mengeluarkan izin untuk pendirian minimarket, seharusnya dapat memperhitungkan jarak yang ideal, sehingga tak menganggu keberadaan pasar tradisional.
Saat ini, lanjut Mudiarta membeberkan, kalau Pasar Galiran selama ini telah menyumbangkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang cukup besar bagi Klungkung.
Dari sejumlah pasar tradisional yang ada, Pasar Galiran menyumbang PAD terbesar yakni Rp159,259 juta per bulan.
Sedangkan pemasukan dari pasar lain seperti Pasar Semarapura sebesar Rp39,81 juta/bulan, Pasar Senggol Rp6,25 juta per bulan, Pasar Kusamba sebesar Rp14,81 juta/bulan serta Pasar Mentigi, Nusa Penida sebesar Rp9,82 juta per bulan.
Jumlah pedagang tetap di Pasar Galiran kini tercatat 1.150 orang, dan pedagang tidak tetap mencapai 700 orang, katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010