Jakarta (Antara Bali) - Menteri BUMN Dahlan Iskan membiasakan dirinya membaca sebuah novel hingga selesai dalam satu bulan.
Buku yang terakhir dibacanya adalah "Ibunda" karya peraih Nobel, Maxim Gorky. Sayangnya, kali itu ia melewati target satu bulan. Buku itu tertinggal ketika ia melakukan perjalanan dengan kereta api ke Cirebon.
Ia mewajibkan dirinya membaca satu judul novel ditengah kesibukannya, karena ia tidak ingin jiwanya kering.
"Saya takut rohani saya kering dan jadi binatang ekonomi. Jadi manusia yang rakus," kata Dahlan Iskan saat menghadiri peluncuran film "Sepatu Dahlan" di Islamic Book Fair, Senayan, Jumat sore.
Seseorang yang pernah mengalami hidup miskin, bekerja keras, lalu menjadi kaya. Ketika menjadi kaya, kata Dahlan, manusia berada di persimpangan. Apakah ia akan menjadi seorang kaya yang baik atau yang rakus, katanya.
"Kalau kaya rakus, step berikutnya stroke," katanya.
Membaca karya sastra, misalnya novel, menurutnya dapat menjadi semacam pagar dalam hidup (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Buku yang terakhir dibacanya adalah "Ibunda" karya peraih Nobel, Maxim Gorky. Sayangnya, kali itu ia melewati target satu bulan. Buku itu tertinggal ketika ia melakukan perjalanan dengan kereta api ke Cirebon.
Ia mewajibkan dirinya membaca satu judul novel ditengah kesibukannya, karena ia tidak ingin jiwanya kering.
"Saya takut rohani saya kering dan jadi binatang ekonomi. Jadi manusia yang rakus," kata Dahlan Iskan saat menghadiri peluncuran film "Sepatu Dahlan" di Islamic Book Fair, Senayan, Jumat sore.
Seseorang yang pernah mengalami hidup miskin, bekerja keras, lalu menjadi kaya. Ketika menjadi kaya, kata Dahlan, manusia berada di persimpangan. Apakah ia akan menjadi seorang kaya yang baik atau yang rakus, katanya.
"Kalau kaya rakus, step berikutnya stroke," katanya.
Membaca karya sastra, misalnya novel, menurutnya dapat menjadi semacam pagar dalam hidup (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014