Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali berpendapat faktor sosial budaya turut memengaruhi angka putus sekolah di Pulau Dewata.

"Tidak sedikit siswa menjadi putus sekolah karena memang tidak mau melanjutkan, padahal secara ekonomi tidak masalah," kata Sekretaris Disdikpora Provinsi Bali I Wayan Serinah, di Denpasar, Senin.

Menurut dia, seringkali penyebab putus sekolah karena kendala keterbatasan ekonomi dan lokasi geografis. Untuk keterbatasan ekonomi sebenarnya sudah tidak menjadi masalah lagi sebab banyak beasiswa yang disediakan Pemprov Bali dari jenjang SD hingga SMA/SMK.

"Sedangkan kondisi sekolah yang jauh, kami sudah melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota supaya menyebarkan akses pendidikan dengan membuat SD filial, SMP satu atap, SD hingga SMA satu atap termasuk dengan menggelar kelas jauh," ucapnya.

Selain kedua penyebab itu, ujar Serinah, di daerah-daerah perdesaan, putus sekolah juga disebabkan oleh faktor sosial budaya karena siswa bersangkutan tidak ingin melanjutkan sekolah.

"Untuk persoalan sosial budaya ini, kami perlu bersinergi dengan aparat desa supaya anak-anak yang tidak ada keinginan untuk sekolah bisa disosialisasikan manfaat pentingnya pendidikan," ujarnya.

Pendidikan, tambah dia, merupakan gerbang masa depan dan hanya dengan pendidikanlah ada kemungkinan untuk maju.

Pada 2013, jumlah angka putus sekolah untuk jenjang SMA/MA sebanyak 237 orang (0,30 persen) sedangkan untuk jenjang SMK sebanyak 215 orang (0,31 persen).

Sementara itu, angka putus sekolah untuk jenjang SD/MI sebanyak 434 orang (0,10 persen), jenjang SMP/MTs sebanyak 300 orang (0,16 persen). Ada juga yang tidak melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs sebanyak 3.364 orang (4,80 persen), sedangkan dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK sebanyak 1.651 orang (2,81 persen).

Pemprov Bali pada 2013 sudah mengalokasikan anggaran sekitar Rp136 miliar lebih untuk memberikan beasiswa miskin jenjang SD-SMA/SMK, beasiswa miskin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, peningkatan kecakapan hidup masyarakat miskin, dan beasiswa miskin pada fakultas yang langka peminat. (LHS)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014