Gianyar (Antara Bali) - Taman satwa dan laut "Bali Safari & Marine Park" di Kabupaten Gianyar, Kamis, mengundang 56 difabel yang dibina oleh Yayasan Kupu-Kupu untuk mengikuti pembekalan motivasi agar mereka belajar dan menatap masa depan dengan keyakinan.

Puluhan difabel itu diundang mengikuti pembekalan dari seorang motivator yang tinggal di Ubud, Kabupaten Gianyar, Gobind Vasdev. Mereka diajak berpikir bahwa banyak tokoh besar di dunia mengukir sejarah karena kekurangannya.

Menurut Gobind, Thomas Alva Edison, si penemu bola lampu listrik, berhasil karena didorong oleh kelemahannya, yakni dia takut pada kegelapan. Karena itu, meskipun dia mengalami kegagalan hingga 10.000 kali, tetap memiliki semangat untuk menghasilkan bola lampu.

"Orang yang melakukan kegagalan dan berhasil setelah percobaan yang ke-10.000 itu pasti disebut orang sabar, ulet, tekun dan lainnya. Tapi sesabar-sabarnya orang, seulet-uletnya orang, tidak akan mampu melakukan uji coba sampai 10.000 kali. Thomas Alva Edison didorong oleh kelemahannya yang takut pada kegelapan," ujarnya.

Ia juga mengingatkan penulis terkemuka Indonesia Pramoedya Ananta Toer yang memiliki kelemahan sejak kecil, yakni minder dan pemalu. Pramoedya kemudian mengalihkan keminderannya itu dengan kegiatan menulis dan ternyata dia menjadi penulis terkenal.

"Jadi di balik kelemahan itu pasti ada kekuatan. Karena itu, menurut saya, tidak ada kelemahan dalam hidup ini. Kelemahan itu ada ketika kita mengamininya. Susahnya, kita selama ini terlalu lama fokus pada kelemahan," katanya.

Pada kesempatan itu, Gobind banyak memutar video mengenai kisah orang difabel yang sukses, seperti seorang perempuan yang tidak punya tangan namun mampu menjadi pilot dan memiliki keahlian bela diri taekwondo.

Menurut dia, kunci sukses itu adalah terus-menerus belajar sepanjang hidup. Kunci dari suksesnya belajar itu adalah ketika pikiran sesorang terbuka, harus merasa selalu dalam keadaan kosong dan selalu rendah hati.

"Kita ini ibarat gelas. Kalau mau diisi air, gelar itu harus terbuka, gelas itu harus kosong dan posisinya harus lebih rendah dari yang mau mengisi," kata penulis buku laris "Happiness Inside" itu.

Metode yang digunakan oleh Gobind pada kesempatan itu bukan hanya ceramah, melainkan juga berbagai permainan dan sulap. Peserta digugah bahwa meskipun memiliki kekurangan, sesungguhnya memiliki peluang yang sama dengan masyarakat lainnya.

Sementara Marketing Komunikasi Media Bali Safari and Marine Park Astrid W Iswulandari mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan bentuk tanggung jawab sosial (CSR) lembaga konservasi itu terhadap masyarakat yang memiliki kekurangan secara fisik.

Para penyandang cacat fisik itu juga diajak berkeliling menyaksikan atraksi satwa di dalam Bali Safari. Sebelumnya, mereka juga membubuhkan cat air dengan menggunakan jari jempol ke atas kanvas yang bercerita mengenai kupu-kupu.

Selain warga binaan Yayasan Kupu-Kupu, pada kesempatan yang sama, Bali Safari juga mengajak ratusan siswa sekolah Petra Berkat Denpasar untuk berkeliling di lokasi itu menyaksikan kekayaan satwa dan atraksinya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010