Denpasar (Antara Bali) - Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undikans) Denpasar Dr Nyoman Subanda melihat partai politik peserta Pemilu 2014 masih kesulitan meninggalkan praktik politik uang.
"Saya kira hampir semua partai pasti melakukan `money politics`. Hanya polanya saja yang berubah, lebih sederhana atau taktis," katanya di Denpasar, Minggu.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Undiknas itu juga melihat praktik tersebut tidak akan sirna selama pola rekrutmen caleg masih bersifat eksklusif.
"Jika seseorang ingin menjadi kader partai dan maju sebagai calon politisi dalam pemilu biasanya ada setoran sejumlah uang ke parpol. Apalagi sesudah menjabat tetap melakukan hal tersebut dan menjadi `ATM Hidup`," kata Subanda.
Penggunaan uang dalam meraih kekuasaan, lanjut dia, sangatlah tidak dianjurkan, namun di Indonesia sudah menjadi kelaziman. "Di Inggris, partai politik dibiayai oleh donatur, baik itu kelompok atau perseorangan secara sukarela. Hal ini mengharuskan kader memperjuangkan aspirasi konstituennya tanpa dipengaruhi oleh kepentingan tertentu," ujarnya. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Saya kira hampir semua partai pasti melakukan `money politics`. Hanya polanya saja yang berubah, lebih sederhana atau taktis," katanya di Denpasar, Minggu.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Undiknas itu juga melihat praktik tersebut tidak akan sirna selama pola rekrutmen caleg masih bersifat eksklusif.
"Jika seseorang ingin menjadi kader partai dan maju sebagai calon politisi dalam pemilu biasanya ada setoran sejumlah uang ke parpol. Apalagi sesudah menjabat tetap melakukan hal tersebut dan menjadi `ATM Hidup`," kata Subanda.
Penggunaan uang dalam meraih kekuasaan, lanjut dia, sangatlah tidak dianjurkan, namun di Indonesia sudah menjadi kelaziman. "Di Inggris, partai politik dibiayai oleh donatur, baik itu kelompok atau perseorangan secara sukarela. Hal ini mengharuskan kader memperjuangkan aspirasi konstituennya tanpa dipengaruhi oleh kepentingan tertentu," ujarnya. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013