Nusa Dua (Antara Bali) - Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan bahwa apabila nantinya Paket Bali disepakati oleh negara-negara anggota World Trade Organization (WTO) diyakini akan mampu membuka 21 juta lapangan kerja baru di seluruh dunia.
"Akan ada kesempatan lapangan kerja baru 21 juta, dan 18 juta diantaranya akan dinikmati oleh Least Developed Countries (LDCs)," kata Bayu dalam jumpa pers, di Nusa Dua, Bali, Rabu.
Bayu mengatakan, dengan peluang yang terbuka sangat luas tersebut, maka akan sangat disayangkan apabila dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-9 tersebut tidak mampu menghasilkan Paket Bali yang berisikan tiga poin utama berupa Trade Facilitation, Agriculture, dan LDCs.
Selain itu, lanjut Bayu, salah satu catatan yang penting lainnya dalam perkembangan, Paket Bali tersebut juga berpotensi untuk menambah perdagangan dunia senilai 1,2 triliun dolar Amerika Serikat yang merupakan dampak langsung dari kesepakatan tersebut.
"Begitu disepakati, akan terbuka peluang untuk menambah 1,2 triliun dolar AS perdagangan dunia," kata Bayu.
Namun, dalam penyelesaian perundingan untuk menghasilkan Paket Bali tersebut, India yang merupakan anggota G33 masih bertahan dan belum menyetujui penerapan solusi interim stok ketahanan pangan.
Dalam negosiasi terkai dengan solusi interim tersebut, negara maju sesungguhnya telah menyetujui usulan negara berkembang untuk memberikan subsidi lebih dari 10 persen dari output nasional, namun juga memberikan jangka waktu terhadap pemberian subsidi tersebut.
Jangka waktu yang diberikan selama 4 tahun tersebut tidak diterima oleh India yang menginginkan adanya solusi permanen dari hal tersebut.
"Rasanya terlalu besar peluang yang akan hilang jika kita tidak bisa menghasilkan Paket Bali tersebut," kata Bayu.
Menurut Bayu, Paket Bali merupakan pintu pembuka bagi negara-negara anggota WTO untuk melakukan perundingan yang lebih besar lagi seperti kelanjutan Putaran Doha yang sudah terhenti selama kurang lebih 12 tahun itu.
Meskipun demikian, lanjut Bayu, hampir semua delegasi beranggapan bahwa negosiasi yang telah dilakukan sudah sangat dekat untuk mencapai kesepakatan dan dinilai terlalu mahal jika harus sampai gagal.
Bayu mengatakan, saat ini posisi negosiasi telah mengalami perkembangan yang lebih cenderung adanya keinginan untuk menyelesaikan Paket Bali tersebut karena hanya tinggal satu langkah lagi untuk mencapai kesepakatan. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Akan ada kesempatan lapangan kerja baru 21 juta, dan 18 juta diantaranya akan dinikmati oleh Least Developed Countries (LDCs)," kata Bayu dalam jumpa pers, di Nusa Dua, Bali, Rabu.
Bayu mengatakan, dengan peluang yang terbuka sangat luas tersebut, maka akan sangat disayangkan apabila dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-9 tersebut tidak mampu menghasilkan Paket Bali yang berisikan tiga poin utama berupa Trade Facilitation, Agriculture, dan LDCs.
Selain itu, lanjut Bayu, salah satu catatan yang penting lainnya dalam perkembangan, Paket Bali tersebut juga berpotensi untuk menambah perdagangan dunia senilai 1,2 triliun dolar Amerika Serikat yang merupakan dampak langsung dari kesepakatan tersebut.
"Begitu disepakati, akan terbuka peluang untuk menambah 1,2 triliun dolar AS perdagangan dunia," kata Bayu.
Namun, dalam penyelesaian perundingan untuk menghasilkan Paket Bali tersebut, India yang merupakan anggota G33 masih bertahan dan belum menyetujui penerapan solusi interim stok ketahanan pangan.
Dalam negosiasi terkai dengan solusi interim tersebut, negara maju sesungguhnya telah menyetujui usulan negara berkembang untuk memberikan subsidi lebih dari 10 persen dari output nasional, namun juga memberikan jangka waktu terhadap pemberian subsidi tersebut.
Jangka waktu yang diberikan selama 4 tahun tersebut tidak diterima oleh India yang menginginkan adanya solusi permanen dari hal tersebut.
"Rasanya terlalu besar peluang yang akan hilang jika kita tidak bisa menghasilkan Paket Bali tersebut," kata Bayu.
Menurut Bayu, Paket Bali merupakan pintu pembuka bagi negara-negara anggota WTO untuk melakukan perundingan yang lebih besar lagi seperti kelanjutan Putaran Doha yang sudah terhenti selama kurang lebih 12 tahun itu.
Meskipun demikian, lanjut Bayu, hampir semua delegasi beranggapan bahwa negosiasi yang telah dilakukan sudah sangat dekat untuk mencapai kesepakatan dan dinilai terlalu mahal jika harus sampai gagal.
Bayu mengatakan, saat ini posisi negosiasi telah mengalami perkembangan yang lebih cenderung adanya keinginan untuk menyelesaikan Paket Bali tersebut karena hanya tinggal satu langkah lagi untuk mencapai kesepakatan. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013