Denpasar (Antara Bali) - Budayawan Bali Drs I Wayan Geriya menilai Festival Internasional Bahasa Bali atau "International Festival of Balinese Language" (IFBL) akan memuliakan bahasa daerah Bali sekaligus menjadi gerakan budaya untuk menguatkan eksistensinya sebagai bahasa ibu.
"Festival yang baru pertama kali digelar di Pulau Dewata itu juga akan menguatkan identitas masyarakat Bali dan khasanah budaya Bangsa Indonesia sejiwa dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika," kata mantan dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana itu di Denpasar, Senin.
Ia memberikan apresiasi kepada sang maestro I Nyoman Gunarsa yang menggagas sekaligus melaksanakan IFBL dengan melibatkan peserta dari sembilan negara yang meliputi Australia, Belanda, Italia, Switzerland, Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Jepang, India serta tuan rumah Bali.
Dalam melaksanakan kegiatan bertaraf internasional itu pemilik Museum Seni Lukis Klasik Bali mampu merangkul berbagai kalangan di tingkat lokal Bali, nasional, maupun internasional.
"IFBL yang berlangsung hampir sebulan hingga 30 Nopember 2013 itu merupakan relevansi dan momentum tepat, terkait beberapa latar belakang sosiol dan budaya," katanya.
Politik bahasa nasional yang memosisikan dalam komunikasi melalui bahasa, yakni Bahasa Indonesia sebagai bahasa formal, bahasa daerah, termasuk Bahasa Bali sebagai bahasa ibu dan media budaya, dam bahasa asing (khususnya Bahasa Inggris) sebagai media komunikasi internasional.
Marginalisasi bahasa-bahasa daerah, termasuk aksara, bahasa, dan sastra Bali terkait globalisasi dan khususnya marginalisasi Bahasa Bali dalam Kurikulum 2013 (bahasa daerah sebagai muatan lokal).
Oleh sebab itu, pelaksanaan IFBL di tengah berbagai segmen masyarakat yang cenderung menurun diapresiasi sebagai respons kreatif bagi revitalisasi dan pemuliaan kembali status dan fungsi aksara, bahasa, dan sastra Bali di bumi Bali, Indonesia.
Masyarakat dan kebudayaan Indonesia memiliki pepatah sekaligus motto yang sangat luhur yakni bahasa menunjukkan bangsa. Unsur bahasa, termasuk Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa-bahasa daerah di Nusantara adalah refleksi dan narasi tentang identitas, karakter, dan peradaban komunitas yang bersangkutan.
"Dengan demikian dalam cakupan konsep bahasa juga menyangkut aksara, sastra, filosofi, karakter, logika, etika, estetika, dan ciri humanitas serta tatanan universal tentang veritas (kebenaran), iustisia (kejujuran) dan probitas (basis ilmiah)," ujar Wayan Geriya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Festival yang baru pertama kali digelar di Pulau Dewata itu juga akan menguatkan identitas masyarakat Bali dan khasanah budaya Bangsa Indonesia sejiwa dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika," kata mantan dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana itu di Denpasar, Senin.
Ia memberikan apresiasi kepada sang maestro I Nyoman Gunarsa yang menggagas sekaligus melaksanakan IFBL dengan melibatkan peserta dari sembilan negara yang meliputi Australia, Belanda, Italia, Switzerland, Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Jepang, India serta tuan rumah Bali.
Dalam melaksanakan kegiatan bertaraf internasional itu pemilik Museum Seni Lukis Klasik Bali mampu merangkul berbagai kalangan di tingkat lokal Bali, nasional, maupun internasional.
"IFBL yang berlangsung hampir sebulan hingga 30 Nopember 2013 itu merupakan relevansi dan momentum tepat, terkait beberapa latar belakang sosiol dan budaya," katanya.
Politik bahasa nasional yang memosisikan dalam komunikasi melalui bahasa, yakni Bahasa Indonesia sebagai bahasa formal, bahasa daerah, termasuk Bahasa Bali sebagai bahasa ibu dan media budaya, dam bahasa asing (khususnya Bahasa Inggris) sebagai media komunikasi internasional.
Marginalisasi bahasa-bahasa daerah, termasuk aksara, bahasa, dan sastra Bali terkait globalisasi dan khususnya marginalisasi Bahasa Bali dalam Kurikulum 2013 (bahasa daerah sebagai muatan lokal).
Oleh sebab itu, pelaksanaan IFBL di tengah berbagai segmen masyarakat yang cenderung menurun diapresiasi sebagai respons kreatif bagi revitalisasi dan pemuliaan kembali status dan fungsi aksara, bahasa, dan sastra Bali di bumi Bali, Indonesia.
Masyarakat dan kebudayaan Indonesia memiliki pepatah sekaligus motto yang sangat luhur yakni bahasa menunjukkan bangsa. Unsur bahasa, termasuk Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa-bahasa daerah di Nusantara adalah refleksi dan narasi tentang identitas, karakter, dan peradaban komunitas yang bersangkutan.
"Dengan demikian dalam cakupan konsep bahasa juga menyangkut aksara, sastra, filosofi, karakter, logika, etika, estetika, dan ciri humanitas serta tatanan universal tentang veritas (kebenaran), iustisia (kejujuran) dan probitas (basis ilmiah)," ujar Wayan Geriya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013