Denpasar (Antara Bali) - Praktisi dan pelaku seni di Bali Anak Agung Gede Rai menilai nekara perunggu "Bulan Pejeng" yang tersimpan di Pura Penataran Sasih Pejeng, Kabupaten Gianyar, adalah karya seni warisan leluhur yang mengagumkan.

"Pada nekara perunggu yang kini disakralkan masyarakat setempat itu, tampak pola hias yakni pola bintang, empat pasang kedok muka, dan bulu burung," kata Agung Rai yang juga pendiri dan pengelola Museum Arma di perkampungan seniman Ubud, Minggu.

Ia mengatakan nekara perunggu yang diwariskan leluhur itu adalah "master piece" hasil teknologi dan seni tuang logam yang telah dikuasai oleh masyarakat pada zaman megalitik di Bali.

Kearifan lokal khas Bali sekitar 2000 tahun yang silam menjadi landasan yang kuat terkait dengan perkembangan kerajinan perak, emas, keris, dan jenis senjata lainnya.

"Bentuk dan pola hias pada `Bulan Pejeng` itu memperlihatkan kesamaan yang menarik dengan benda sejenis yang terdapat di Don-Son, Vietnam yang dianggap sebagai pusat persebaran budaya perunggu di Asia Tenggara," kata Agung Rai.

Demikian pula, katanya, relief Yeh Pulu, Bedulu juga di wilayah Kabupaten Gianyar, menampilkan bentuk manusia realistis dengan atribut hiasan mirip tradisi Khmer di Kamboja.

Hiasan yang dikenakan sosok perempuan, katanya, menandakan bahwa yang bersangkutan berasal dari keluarga ningrat. Cerita yang dinarasikan menyangkut Krisna ketika mengangkat Gunung Govardhana untuk memayungi rekan-rakannya dari hujan bikinan Indra.

"Prajurit berkuda apakah ini menunjukkan lambang kekuatan dan kepahlawanan. Kuda sering dihubungkan dengan matahari (surya) menurut kepercayaan Hindu, dalam mitologi Eropa kuno dewa Apollo atau Dewa Matahari digambarkan mengendarai kuda," katanya.

Hal itu, katanya, menandakan adanya penyebaran budaya Eropa, India, Kamboja, dan Jawa yang kemudian terserap dalam lokal budaya Bali, sekaligus masa akhir puncak kekuasaan Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14 atau melejitnya zaman keemasan seni era Watu Renggong di Gelgel, Bali.

Ia mengemukakan pemahat kuno memiliki teknis kerja dan proses kerja yang matang dan cermat dari bentuk figur manusia mirip yang sebenarnya, anatomis dengan sikap manusiawi dan realistis.

"Demikian pula pengolahan bentuk dan komposisi dalam pendekatan narasi mengungkap kesusastraan dan peristiwa se-zaman melalui kiasan. Menginspirasi identitas, gaya, bentuk, dan makna pada karya Lempad, seniman perintis di Bali yang karya-karya juga sangat mengagumkan," kata Agung Rai yang mengoleksi karya-karya seniman masa lalu itu.  (WRA) 

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013