Panorama alam keserasian lembah, gunung dan pesisir serta keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakat secara turun temurun menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah tujuan wisata Pulau Bali.

Pulau mungil dengan luas hanya 0,29 persen dari luas Nusantara memiliki unsur lengkap di dalamnya, mulai dari danau, lembah, gunung, hutan dan ratusan sungai yang mengalir.

Demikian pula seni budaya yang unik dan beragam yang senantiasa dipentaskan untuk kelengkapan kegiatan ritual. Puspa ragam ekspresi seni tari dan tabuh itu tersaji dalam ritual keagamaan, adat, peristiwa sosial sekuler maupun sebagai tontonan wisatawan.

Dengan demikian wisatawan mancanegara yang berulang kali berkunjung ke Bali tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu bisa menemukan suasana baru serta seni budaya yang unik dan menarik untuk dinikmati.

Hal itu berkat warisan leluhur orang Bali dari 1.453 desa adat (Pekraman) di delapan kabupaten dan satu kota di Bali mewarisi dan melestarikan seni budaya yang beragam.

Kondisi itu pula menjadi daya tarik wisatawan China, sehingga masyarakat negeri Tirai Bambu itu semakin tertarik menikmati panorama alam Pulau Dewata, tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Gede Suarsa.

China adalah negara besar berpenduduk sebanyak 1,2 miliar jiwa selama ini telah menjalin hubungan bilateral antara Indonesia-pemerintah China yang makin mesra sehingga dapat mendongkrak kunjungan wisatawan asal negeri Tirai Bambu ke Pulau Dewata.

Kerja sama bilateral itu didukung dengan adanya penerbangan langsung China-Jakarta dan China-Bali sehingga mampu memberikan kemudahan kepada masyarakat China untuk berwisata ke Bali.

Dengan demikian China dalam memasok wisatawan ke Bali naik peringkat, dari setahun sebelumnya berada pada posisi ke empat atau ke lima sekarang menjadi posisi ke dua setelah Australia dari sepuluh negara terbanyak memasok turis ke Pulau Dewata.

Pengamat pariwisata Bali Dewa Nyoman Patra menilai, meningkatkan kunjungan masyarakat China ke Bali melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan.

Seringnya kunjungan para petinggi China ke Bali juga berpengaruh besar terhadap kedatangan masyarakat negeri itu ke Pulau Dewata, seperti misalnya Ketua Parlemen Republik Rakyat China, Wu Bangguo dan wakil presiden China beberapa hari yang lalu.

Adanya kunjungan tersebut dapat dipastikan menambah promosi kepariwisataan Bali di negeri itu sebab pemerintah setempat berjanji ikut mendorong peningkatan jumlah kunjungan turis China ke Bali karena memiliki beberapa kesamaan budaya.



Kedekatan Hubungan Emosi

Hubungan kerja sama antara China dengan Indonesia, khususnya Bali sebenarnya sudah terjalin sejak abad XII. Di Bali sisa hubungan baik dengan China bisa dijumpai hingga sekarang antara lain dalam bentuk pementasan kesenian, tempat suci maupun arsitektur bangunan yang bercirikan khas China.

Bahkan penggunaan uang China (pis bolong) dalam berbagai upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali masih berlaku sampai sekarang.

Akulturasi seni budaya China dengan seni budaya Bali terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dapat memperkokoh serta memperkuat kehidupan seni budaya Bali yang diwarisi secara turun temurun.

Akultutasi seni budaya China dengan seni budaya Bali menyangkut berbagai aspek kehidupan, namun sulit dibayangkan prosesnya karena sudah terjadi beberapa abad yang lalu.

Akulturasi itu antara lain menyangkut proses berkesenian dan berbudaya masyarakat yang dapat dibuktikan antara lain dalam tari baris China, Patra China, barong landung dan penggunaan uang kepeng (pis bolong) perlengkapan berbagai upacara adat dan ritual di Bali.

Peradaban bangsa China sebelum masehi lebih tinggi dari masyarakat Bali, sehingga secara hipotesis, masyarakat yang peradabannya lebih rendah akan mengadaptasi ilmu pengetahuan maupun teknologi dari berperadaban lebih tinggi.

Bangsa China waktu itu sudah mampu menulis di atas batok kepala kura-kura, kain sutra dan membuat alat pemanas dengan tempratur tinggi sehingga bisa mengganti zaman batu menjadi zaman suasa, yakni logam campuran emas dan tembaga.

Sedangkan peradaban masyarakat Bali sebelum masehi itu tidak dapat dibandingkan dengan orang-orang China, sehingga lebih banyak menerima dari pada memberikan pengaruh.

Nyoman Patra yang juga pengamat seni budaya Bali menjelaskan, bahwa masyarakat China sejak dulu mengenal Bali sebagai Pulau Surga. Kedekatan hubungan emosi dan kebudayaan antara China dan Bali itu memiliki andil dalam hal membuka hubungan yang lebih luas antara Indonesia- China.

Kondisi itu menyebabkan kedatangan turis luar negeri khususnya dari China yang mengaku berlibur sambil menikmati keindahan alam, seni budaya yang ada diantaranya mirip dengan yang ada di China, jumlahnya bertambah terus.

Wisatawan China yang datang langsung dari negerinya ke Bali memang bertambah banyak hampir setiap bulan, sehingga termasuk negara diperingkat kedua setelah Australia dalam memasok wisatawan asing ke Bali.

Sesuai data kunjungan turis asing dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali menunjukkan bahwa kedatangan turis China memiliki prosentase peningkatan tertinggi ke Bali yakni mencapai 28,60 persen menyusul asal Taiwan 26,33 persen.

Turis asing yang terbang langsung dari negerinya ke Bali Januari-September 2013 sebanyak 2,409,334 orang, 302,324 orang diantara asal China, yang ada diperingkat dua dari negara pemasok turis ke Bali setelah Australia.

Pertumbuhan turis China ke Bali memang berkembang pesat dan mampu melampaui kedatangan rekannya dari Jepang yang selama ini berada bercokol di peringkat pertama, kemudian digeser menjadi peringkat tiga, setelah China.



Tertarik Lukisan Kamasan

Wisatawan China dalam menikmati liburan ke Pulau Dewata, seperti wisatawan asing lainnya membeli aneka jenis cindera mata hasil sentuhan perajin dan seniman Bali sebagai kenang-kenangan pulang ke negaranya.

Wisatawan asal negeri Tirai Bambu itu sangat tertarik dengan lukisan wayang gaya Kamasan, Kabupaten Klungkung, Bali yang menggambarkan kehidupan manusia tempo dulu.

"Lukisan gaya kamasan yang menampilkan cerita yang ada kemiripan dengan budaya Tiongkok sangat disenangi wisatawan China," tutur Wayan Sunarta seorang eksportir kerajinan Bali.

Lukisan wayang Kamasan merupakan salah satu lukisan tradisional Bali yang hingga kini masih laku ke pasar ekspor, karena diminati wisatawan domestik maupun mancanegara.

Banyak wisatawan sengaja berkunjung ke Desa Kamasan, 60 km timur Denpasar hanya untuk membeli jenis lukisan tradisional itu, sedangkan lukisan kontemporer berfluktuasi.

Meskipun mengusung gaya klasik, lukisan kamasan bisa dipasang pada tipe rumah apapun. Jika rumah bergaya minimalis modern, jika dipasangi lukisan di salah satu dinding, dijamin mempermanis tampilan rumah.

Banyak turis asing, terutama asal China, Australia maupun kawasan Asia seperti Hong Kong membeli jenis lukisan khas tradisional Bali. Sementara pelancong asal Eropa biasanya membeli lukisan jenis lainnya.

Namun umumnya konsumen tetap tertarik dengan lukisan gaya kamasan, karena mampu mempertahankan pakem atau gaya klasiknya secara turun-menurun sehingga membuatnya semakin unik dan sangat berpengaruh terhadap perolehan devisa, tutur Wayan Sunarta.  (WRA) 

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013