Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali merasa khawatir terjadi eksodus pekerja seks komersial dari Jawa Timur setelah sejumlah lokalisasi di daerah itu ditutup.

"Bisa saja, PSK dari Jatim itu eksodus ke Bali atau ke Jawa Tengah. Ini yang kami khawatirkan," kata Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali Nyoman Wenten di Denpasar, Jumat.

Menurut dia, Pemprov Jawa Timur mempunyai program menertibkan dan menutup lokalisasi PSK secara perlahan mulai tahun lalu. Dari 40 lokalisasi yang ada, sejak ada program penutupan, sekarang hanya tinggal 30 lokalisasi.

"Jadi ada delapan hingga sepuluh lokalisasi yang ditutup. Ini tentu berimplikasi pada tertutupnya peluang kerja bagi para PSK di Jatim," ujarnya.

Gelombang PSK dari Jatim ke Bali perlu diwaspadai sebab ancaman penyebaran penyakit HIV/AIDS semakin tinggi.

"Bali jadi salah satu sasaran PSK sebab Bali merupakan daerah tujuan pariwisata dan PSK hidup subur di Bali. Sistem ekonomi berlaku, di mana ada permintaan di sana pasti ada penawaran," ujarnya.

Pihaknya mengaku kesulitan mendekteksi dan mencegah PSK yang masuk Bali karena tidak mungkin mendata dan menanyai satu per satu orang yang memasuki Pulau Dewata itu.

Yang bisa dilakukan, lanjut Wenten, hanyalah memberikan sosialisasi, penyadaran, dan bekal keterampilan kepada para PSK yang sudah ada di Bali agar tidak bekerja di jalur itu lagi.

"Dinas Sosial hanya bertugas melakukan sosialisasi, untuk penertiban atau sidak ke kafe remang-remang dan tempat hiburan malam lainnya tempat para PSK, itu ranah tim Satpol PP atau aparat keamanan. Kami juga tidak bisa melarang para PSK itu ke Bali," kata Wenten. (WRA)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013