Denpasar (Antara Bali) - Para nelayan dan pedagang yang ada di kawasan Pantai Nusa Dua, selama kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Asia-Pasifik (APEC), merugi, karena aktivitas mereka berhenti hingga hari Rabu (9/10).
"Selama kegiatan KTT APEC saya tidak melakukan aktivitas di laut, karena ada larangan dari pihak keamanan untuk melaut di kawasan Nusa Dua," kata Sunarta, seorang nelayan asal Bualu, Kabupaten Badung, Selasa.
Ia mengatakan selama sepekan ia tidak berpenghasilan dan harus menghemat kebutuhan keluarganya, sebab tumpuan kehidupan keluarganya adalah hasil menangkap ikan.
"Setiap hari hasil menangkap ikan rata-rata Rp50.000 hingga Rp80.000. Sejak kegiatan KTT APEC saya tidak berpenghasilan. Saya pribadi jujur merasa merugi sebagaia masyarakat kecil," katanya.
Sunarta mengatakan panitia maupun pemerintah tidak mengetahui warga di sekitar Nusa Dua harus tanpa kehilangan pengasilan selama kegiatan internasional tersebut. Mekipun sepanjang Jalan "by pass" gemerlap dan hiasan umbul-umbul KTT APEC, namun di balik itu cukup banyak warga merasa dirugikan.
"Selama kegiatan APEC, yang untung adalah perusahaan besar, dan penyelenggara kegiatan dari Jakarta, sedangkan masyarakat Bali tidak merasakan dapat rezeki malah merugi, padahal kegiatan tersebut menghabiskan ratusan miliar rupiah," katanya. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Selama kegiatan KTT APEC saya tidak melakukan aktivitas di laut, karena ada larangan dari pihak keamanan untuk melaut di kawasan Nusa Dua," kata Sunarta, seorang nelayan asal Bualu, Kabupaten Badung, Selasa.
Ia mengatakan selama sepekan ia tidak berpenghasilan dan harus menghemat kebutuhan keluarganya, sebab tumpuan kehidupan keluarganya adalah hasil menangkap ikan.
"Setiap hari hasil menangkap ikan rata-rata Rp50.000 hingga Rp80.000. Sejak kegiatan KTT APEC saya tidak berpenghasilan. Saya pribadi jujur merasa merugi sebagaia masyarakat kecil," katanya.
Sunarta mengatakan panitia maupun pemerintah tidak mengetahui warga di sekitar Nusa Dua harus tanpa kehilangan pengasilan selama kegiatan internasional tersebut. Mekipun sepanjang Jalan "by pass" gemerlap dan hiasan umbul-umbul KTT APEC, namun di balik itu cukup banyak warga merasa dirugikan.
"Selama kegiatan APEC, yang untung adalah perusahaan besar, dan penyelenggara kegiatan dari Jakarta, sedangkan masyarakat Bali tidak merasakan dapat rezeki malah merugi, padahal kegiatan tersebut menghabiskan ratusan miliar rupiah," katanya. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013