Denpasar (Antara Bali) - Pengamat Hukum Adat Prof Dr Wayan P Windia berpandangan "simakrama" politik atau kunjungan tatap muka para caleg dan calon kepala daerah lewat institusi adat telah berdampak negatif bagi spirit kebersamaan masyarakat.

"Hal ini karena sesungguhnya spirit kejiwaan antara urusan berdemokrasi dan institusi adat berbeda," katanya saat menjadi pembicara pada diskusi sosialisasi "Bali Democracy Forum" di Denpasar, Senin.

Menurut dia, secara konsep demokrasi memang menyejukkan, namun dalam realitanya tidak selamanya demikian. Jika sudah menyentuh institusi adat, justru malah menimbulkan sejumlah persoalan.

"Kini para caleg, calon bupati/wali kota, hingga calon gubernur bukannya lebih memantapkan dan menguatkan parpol dan kader-kadernya dengan berbagai strategi supaya terpilih, namun lebih rajin turun ke institusi adat seperti desa adat dan subak," ujar guru besar Fakultas Hukum Universitas Udayana itu.

Akibatnya, urusan politik yang kental spirit individu dan "suka-suka" malah mengacaukan spirit institusi adat dengan semangat kebersamaannya.

"Ketika ada kelompok masyarakat adat yang berbeda sikap, maka dianggap sebagai sebuah pengingkaran atas spirit kebersamaan," ucapnya. (LHS)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013