Denpasar (Antara Bali) - Ketika masyarakat menghadapi kenyataan bahwa pengobatan medis, khususnya untuk penyakit berat membutuhkan biaya besar, maka pengobatan alternatif betul-betul menjadi pilihan.

Selain biaya terjangkau, pengobatan alternatif tidak memerlukan tindakan medis yang bagi sebagian masyarakat sangat menakutkan, seperti harus menjalani operasi.

Kini pengobatan yang mengandalkan ilmu kedokteran timur itu banyak bermunculan, salah satunya yang dilakukan oleh Drs H Ahmad Baraas, MSi di Jl Nuansa Timur Nomor 6, Perumahan Nuansa Kori, Ubung Kaja, Denpasar.

Lelaki yang juga wartawan ini membuka praktek untuk pengobatan berbagai penyakit dengan menggunakan metode tarik jarum, akupunktur, bekam, jamu tradisional, elektro magnetik dan bio elektrik.

Baraas belajar pengobatan alternatif sejak belasan tahun lalu. Mulanya dia belajar accupresure atau memijat dengan tangan, namun keterampilannya itu hanya digunakan untuk membantu teman-temannya sesama wartawan yang kesehatannya terganggu saat bersama-sama melakukan liputan. Karena bersemangat membantu orang lain dan ingin memberikan hasil terapi yang maksimal, dia kemudian belajar cara pengobatan dengan bekam, mengobati penyakit dengan merangsang titik-titik saraf.

Lelaki kelahiran Jembrana, Bali itu juga merasa kurang puas dengan pengetahuan terapinya, kemudian dia menekuni pengobatan dengan metoda tusuk jarum atau akupunktur, elektro magnetik dan juga bio elektrik. Metoda pengobatan teknik elektro magnetik disebut juga dengan teknik tarik jarum.

Baraas berguru akupunktur, tarik jarum dan bio elektrik kepada seorang terapis asal Sumenep, Madura, Drs Firman Taufiq. Kepada pengasuh Padepokan Citra Sumekar itulah dia juga belajar tentang obat-obatan dan ramuan Madura. Baraas meracik sebagian ramuannya, dikombinasi dengan ramuan tumbuhan dan rempah-rempah Bali.

Di sela-sela kesibukannya sebagai wartawan, Baraas senantiasa meluangkan waktunya mengobati orang yang memerlukan bantuan untuk terapi dan biasanya dia menangani pasien selepas melakukan tugas liputannya sebagai wartawan.

Hasil terapinya diakui sejumlah pasien sakit maq, tukak lambung, ambeien, hernia, prostat, sakit lutut, darah tinggi, stroke, susah tidur, keseleo atau salah urat, kesemutan menahun, diabetes dan lainnya. Kalau untuk penyakit ringan seperti deman, flu atau kepala pusing, biasanya dengan olesan ramuan di bagian kepala, dalam beberapa saat pasien bisa disembuhkan. "Namun, saya hanya perantara, Allah yang menyembuhkan," katanya.

Menceritakan pengalamannya diterapi Baraas, H Martiono (65) menyatakan, sebelumnya dia telah berobat ke sejumlah tempat, termasuk mendapat terapi akupuntur selama seminggu pada sebuah klinik pengobatan alternatif di Jakarta. Tapi lagi-lagi gangguan penyakit susah tidurnya tidak bisa hilang. Namun saat dia mencoba berobat ke Baraas, hanya sekali terapi kini dia bisa tidur selama lima jam sehari.

"Sebelumnya saya hanya tidur sejam sehari, yakni dari jam 11 malam hingga 12 malam. Itu saya alami bertahun-tahun. Alhamdulillah kini bisa tidur hingga subuh," kata pemilik usaha pemasangan instalasi listrik itu.

Pasien lainnya, Suarjaya (35), mengaku akan membawa salah seorang keluarganya ke kediaman Baraas, yang menjadi tempat pemberian pengobatan. Tapi dia mengaku harus menelpon terlebih dahulu, karena ingin datang di siang hari. Lelaki asal Kabupaten Karangasem, Bali itu mengaku kalau berobat di malam hari, terbentur jarak yang jauh, sementara transportasi Karangasem-Denpasar yang berjarak sekitar 90 kilometer masih kurang lancar.

Suarjaya menceritakan secara tidak sengaja bertemu Baraas. Saat itu dia sedang demam dan terserang influenza dan Baraas yang berada di dekatnya menawarkan membantu dan ternyata dengan olesan ramuan di kepala, demamnya bisa sembuh. "Karena itu saya akan mengajak keluarga saya yang sakit untuk berobat ke Haji Baraas," katanya.

Metoda pengobatan yang diberikan Baraas, memang berbeda dengan pengobatan alternatif lainnya. Dia memadukan berbagai metode, mulai dari pijat refleksi, bekam, gurah, tusuk jarum, tarik jarum hingga bio elektrik. Hal itu disadari karena setiap metode memiliki kelemahan untuk mengobati pasien dengan penyakit tertentu.

"Dengan menggunakan metode gabungan, maka berbagai kelemahan itu bisa saling ditutupi. Misalnya untuk beberapa penyakit tidak cukup hanya diobati dengan akupunktur, tapi juga dengan bekam dan tarik jarum. Dengan demikian, maka pengobatannya betul-betul bisa menjangkau sumber penyakitnya dengan tuntas," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010