Beijing (Antara Bali) - Sekitar 6.000 warga China Minggu siang berkumpul di Stadion
Buruh Beijing, untuk bermain angklung bersama dipimpin Daeng Udjo, dari
Saung Angklung Mang Udjo.
Orkestra angklung dari kelompok Mang Udjo itu akan memainkan beberapa lagu, di antaranya Manuk Dadali, lagu berbahasa Mandarin, Yueliang Daibiao Wo De Xin, dan lagu We Are The World.
Para pemain orkestra angklung tersebut berasal dari para pelajar, wakil sejumlah perusahaan China seperti ZTE, para peserta didik Universitas Pertahanan China dan warga Tionghoa-Indonesia yang sempat lari dari Indonesia dan menetap di China hingga kini serta komponen masyarakat lain.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Orkestra angklung dari kelompok Mang Udjo itu akan memainkan beberapa lagu, di antaranya Manuk Dadali, lagu berbahasa Mandarin, Yueliang Daibiao Wo De Xin, dan lagu We Are The World.
Para pemain orkestra angklung tersebut berasal dari para pelajar, wakil sejumlah perusahaan China seperti ZTE, para peserta didik Universitas Pertahanan China dan warga Tionghoa-Indonesia yang sempat lari dari Indonesia dan menetap di China hingga kini serta komponen masyarakat lain.
Juga hadir 20 duta besar negara
sahabat Indonesia, di antaranya Duta Besar Amerika Serikat untuk China,
Gary Locke. Mereka juga "mencicipi" seni dan sensasi memainkan angklung
dalam orkestrasi besar seperti itu. Saat memperkenalkan teknik dan
aransemen ringan permainan angklung, instruktur di panggung memakai kode
gerakan tangan.
Semisal, tangan kanan instruktur mengepal ke depan untuk membunyikan nada do bagi mereka yang memegang angklung dengan kode angka 1 untuk nada do itu, atau tangan kanan membuka ke depan untuk nada re pada angklung diimbuhi kode angka 2, dan sebagainya.
Dengan cara dan metode itu, ribuan orang bisa mudah dan cepat memahami teknik dan keindahan orkestrasi angklung itu.
Dalam konser angklung itu ditampilkan film sejarah angklung, dan ucapan I Love Angklung dalam 10 bahasa berbeda di layar LED di lokasi konser.
Ditampilkan pula angklung digital, Angklung Tradigi, dari Restoran Made in Indonesia - Sansico.
Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Imron Cotan, mengatakan, kegiatan itu selain untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan Indonesia, juga untuk makin mempererat hubungan masyarakat Indonesia-China.
"Kami ingin menunjukkan salah satu kebudayaan tradisional Indonesia, melalui konser angklung ini sekaligus berbagi dan mempererat hubungan masyarakat kedua bangsa," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT), Bondan Gunawan, mengatakan, konser kolosal enam ribu angklung itu merupakan salah satu bentuk diplomasi budaya untuk mempererat hubungan antarmasyarakat Indonesia dan China.
"Diplomasi itu aspeknya banyak, ada antarpemerintah, antarpelaku bisnis, dan antarmasyarakat.
Diplomasi antarmasyarakat terdiri atas bidang budaya, olahraga dan ilmu pengetahuan. Konser kolosal angklung ini merupakan bentuk diplomasi budaya," katanya menjelaskan.
Konser kolosal 6000 angklung akan dicatatkan pada Guiness Book of Records.
"Sebelumnya telah ada konser kolosal 5.000 angklung yang digelar perwakilan Indonesia di Amerika Serikat pada 2011," kata Winarno.
Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat, mengatakan, konser angklung itu bentuk pelestarian alat musik bambu khas Indonesia yang telah tercatat sebagai salah satu warisan budaya dunia, The Intangible Heritages UNESCO.
"Syarat untuk dapat bertahan tercatat sebagai warisan budaya UNESCO adalah warisan budaya dimaksud harus terpelihara, terlindungi, terpromosikan dan tergenerasikan," katanya. (WRA)
Dalam konser angklung itu ditampilkan film sejarah angklung, dan ucapan I Love Angklung dalam 10 bahasa berbeda di layar LED di lokasi konser.
Ditampilkan pula angklung digital, Angklung Tradigi, dari Restoran Made in Indonesia - Sansico.
Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Imron Cotan, mengatakan, kegiatan itu selain untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan Indonesia, juga untuk makin mempererat hubungan masyarakat Indonesia-China.
"Kami ingin menunjukkan salah satu kebudayaan tradisional Indonesia, melalui konser angklung ini sekaligus berbagi dan mempererat hubungan masyarakat kedua bangsa," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT), Bondan Gunawan, mengatakan, konser kolosal enam ribu angklung itu merupakan salah satu bentuk diplomasi budaya untuk mempererat hubungan antarmasyarakat Indonesia dan China.
"Diplomasi itu aspeknya banyak, ada antarpemerintah, antarpelaku bisnis, dan antarmasyarakat.
Diplomasi antarmasyarakat terdiri atas bidang budaya, olahraga dan ilmu pengetahuan. Konser kolosal angklung ini merupakan bentuk diplomasi budaya," katanya menjelaskan.
Konser kolosal 6000 angklung akan dicatatkan pada Guiness Book of Records.
"Sebelumnya telah ada konser kolosal 5.000 angklung yang digelar perwakilan Indonesia di Amerika Serikat pada 2011," kata Winarno.
Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat, mengatakan, konser angklung itu bentuk pelestarian alat musik bambu khas Indonesia yang telah tercatat sebagai salah satu warisan budaya dunia, The Intangible Heritages UNESCO.
"Syarat untuk dapat bertahan tercatat sebagai warisan budaya UNESCO adalah warisan budaya dimaksud harus terpelihara, terlindungi, terpromosikan dan tergenerasikan," katanya. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013