Amlapura (Antara Bali) - Sedikitnya seribu warga Desa Adat Ababi di Kabupaten Karangasem, Bali, berburu tikus yang merusak tanaman padi, Minggu.
"Hama tikus sudah sangat meresahkan petani, maka `krama` (warga) sini perlu `ngropyok` jro ketut (tikus)," kata Kepala Desa Ababi Made Sudiarta.
Menurut dia, hal itu sudah menjadi tradisi di desa tersebut. Aksi massal itu diawali dengan bunyi kentongan agar warga desa segera berkumpul di Pura Dalem desa itu.
Setelah melakukan persembahyangan, warga langsung turun ke sawah untuk berburu tikus. Bahkan, perburuan tikus itu juga melibatkan anjing peliharaan warga.
Tikus-tikus itu kemudian dimusnahkan. "Sudah lima tahun ini tikus itu meresahkan kami," kata Nyoman Kuta, petani asal Desa Adat Ababi.
Menurut dia, tikus itu mengurangi hasil panen gabah petani. "Untuk satu petak sawah seharusnya bisa menghasilkan karung
gabah kering, namun sejak hama tikus merajarela petani hanya mempu menghasilkan dua karung," katanya. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Hama tikus sudah sangat meresahkan petani, maka `krama` (warga) sini perlu `ngropyok` jro ketut (tikus)," kata Kepala Desa Ababi Made Sudiarta.
Menurut dia, hal itu sudah menjadi tradisi di desa tersebut. Aksi massal itu diawali dengan bunyi kentongan agar warga desa segera berkumpul di Pura Dalem desa itu.
Setelah melakukan persembahyangan, warga langsung turun ke sawah untuk berburu tikus. Bahkan, perburuan tikus itu juga melibatkan anjing peliharaan warga.
Tikus-tikus itu kemudian dimusnahkan. "Sudah lima tahun ini tikus itu meresahkan kami," kata Nyoman Kuta, petani asal Desa Adat Ababi.
Menurut dia, tikus itu mengurangi hasil panen gabah petani. "Untuk satu petak sawah seharusnya bisa menghasilkan karung
gabah kering, namun sejak hama tikus merajarela petani hanya mempu menghasilkan dua karung," katanya. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013