Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia, menggelar pentas musik serta diskusi musik dan kata lintas budaya, Minggu (21/4).
Kegiatan itu menampilkan penyair yang punya nama di tingkat nasional Ketut Yuliarsa dan komposer Wayan Gde Yudane dengan menyuguhkan beberapa nomor pertunjukan baca puisi, kreasi musik, serta dipadukan dengan satu sesi diskusi, kata Putu Aryastawa dari Bentara Budaya Bali, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa para sastrawan itu akan mencoba menggabungkan unsur-unsur yang ada dalam puisi serta musik, yang kemudian direspons ke dalam suatu bentuk baru sekaligus memadukan unsur budayanya.
Pemaduan unsur lintas budaya tersebut bisa saja diartikan sebagai ancaman tatanan seni tradisional, atau tidak selaras dengan upaya pelestarian seni budaya yang sudah mapan.
Dengan demikian, kata dia, lahirlah istilah-istilah, seperti seni propaganda, seni religi, seni populer, bahkan seni kontemporer yang ternyata sudah timbul dan berkembang dari awal sejarah kesenian itu sendiri. (*/DWA/IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Kegiatan itu menampilkan penyair yang punya nama di tingkat nasional Ketut Yuliarsa dan komposer Wayan Gde Yudane dengan menyuguhkan beberapa nomor pertunjukan baca puisi, kreasi musik, serta dipadukan dengan satu sesi diskusi, kata Putu Aryastawa dari Bentara Budaya Bali, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa para sastrawan itu akan mencoba menggabungkan unsur-unsur yang ada dalam puisi serta musik, yang kemudian direspons ke dalam suatu bentuk baru sekaligus memadukan unsur budayanya.
Pemaduan unsur lintas budaya tersebut bisa saja diartikan sebagai ancaman tatanan seni tradisional, atau tidak selaras dengan upaya pelestarian seni budaya yang sudah mapan.
Dengan demikian, kata dia, lahirlah istilah-istilah, seperti seni propaganda, seni religi, seni populer, bahkan seni kontemporer yang ternyata sudah timbul dan berkembang dari awal sejarah kesenian itu sendiri. (*/DWA/IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013