Negara (Antara Bali) - Pemkab Jembrana membuka klinik VCT di sembilan Puskesmas yang tersebar di wilayah tersebut untuk mendapatkan data penderita HIV/AIDS yang valid.

"Selama ini VCT hanya bisa dilakukan di RSUD Negara, mungkin warga yang merasa dirinya tertular malas untuk datang karena jauh. Kini pelayanannya lebih kami dekatkan, dengan harapan data jumlah penderita HIV/AIDS di Jembrana bisa lebih valid lagi," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Putu Suasta, MKes, Jumat.

Suasta memperkirakan, dengan dibukanya klinik VCT di Puskesmas ini, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jembrana yang terdata akan melonjak tajam.

"Tapi lebih bagus diketahui, daripada tidak terdata dan potensial terus menularkan virus tersebut," ujarnya.

Untuk pemeriksaan VCT ini, Suasta mengatakan, tidak dipungut biaya dan akan didampingi konselor.

Di sisi lain Suasta mengungkapkan, di tahun 2013 hingga bulan maret jumlah penderita HIV/AIDS di Jembrana yang diketahui bertambah 14 orang.

Dengan penambahan ini, secara kumulatif, sejak tahun 2005 jumlah penderita virus mematikan tersebut menjadi 414 orang.

"Sepanjang tahun 2012 kami temukan 90 penderita. Ini Artinya, warga yang tertular virus HIv/AIDS bertambah cukup cepat," kata Suasta.

Untuk mencegah penularan, Dinas Kesehatan melakukan penyuluhan dan pelatihan HIV/AIDS terhadap kalangan pelajar SMA dengan mendatangkan Pror. DR. dr I Nyoman Mangku Karmaya dari Komisi Peduli AIDS (KPA) Bali.

Bupati Jembrana, I Putu Artha, saat membuka acara yang diikuti 160 pelajar ini mengingatkan, agar remaja bisa mengontrol keinginan untuk memiliki barang mewah.

"Saya selaku bupati prihatin, karena ada data yang menyebutkan, untuk mendapatkan barang mewah seperti handphone, beberapa pelajar melakukannya dengan berbagai cara termasuk dengan mengambil jalan pintas yang tidak terpuji," katanya.

Untuk meminimalisir hal tersebut Artha menghimbau, agar ada empati sosial diantara kalangan pelajar, dengan tidak mengolok-olok atau menjauhi temannya yang berasal dari golongan ekonomi bawah.

"Saya minta orang tua juga mengontrol segala kegiatan anaknya. Jangan sampai pamitnya les atau ada kegiatan di sekolah, ternyata dipakai alasan untuk pergaulan yang tidak baik," ujarnya.

Artha mengaku, pihaknya merasa sangat perlu untuk mengingatkan pelajar tentang bahaya HIV/AIDS, karena pergaulan pelajar sudah sangat memprihatinkan.

"Saya dengar, pelajar yang mencari uang dengan cara tidak benar sudah mulai terang-terangan, dan cuek meskipun teman-temannya tahu. Ini sudah berbahaya, apalagi kalau sampai orang tua merestui perbuatan anaknya tersebut," tegasnya.

Ia juga minta, penyuluhan dan pelatihan ini tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan seremonial saja.

"Adik-adik datang kesini jangan berpikir hanya karena ditunjuk oleh kepala sekolah. Ilmu dan pemahaman yang diberikan Profesor Mangku Karmaya sangat penting dan bermanfaat, sehingga harus disampaikan kepada yang tidak hadir, serta diterapkan dalam pergaulan sehari-hari," kata Artha. (GBI/IGT)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013