Organisasi konservasi independen WWF Indonesia mengungkapkan pihaknya mendampingi petani sawit skala kecil di tanah air untuk mengantongi sertifikasi standar global rantai pasok dan bisnis kelapa sawit, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

“Kami sedang kerjakan sertifikasi petani kecil lainnya dan harapannya didukung organisasi lain karena harus berkolaborasi,” kata Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia Dewi Lestari Yani Rizki di sela konferensi internasional kelapa sawit dan lingkungan (ICOPE) 2025 di Sanur, Denpasar, Bali, Rabu.

Ia menjelaskan pihaknya sudah memberikan pendampingan kepada 2.500 petani kecil dengan total luas area pengelolaan mencapai 4.800 hektare.

Hingga saat ini, dari jumlah itu sebanyak 1.300 petani kecil sudah mendapatkan sertifikasi RSPO mulai rentang tahun 2013-2024 karena telah melaksanakan praktik berkelanjutan.

WWF Indonesia mendata petani kecil yang sudah tersertifikasi itu tersebar di Provinsi Riau yakni di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kuantan Singingi.

Selain itu, tersebar di Kabupaten Sintang serta Kabupaten Kapuas Hulu, keduanya berada di Provinsi Kalimantan Barat.

Petani kecil itu memiliki kategori lahan sawit dikelola rata-rata maksimal mencapai dua hektare.

Sertifikat itu bersifat sukarela yang pada awalnya sertifikasi RSPO berorientasi pada produsen skala besar atau perusahaan, namun kini standar yang lebih spesifik untuk produsen kecil seperti pekebun swadaya telah dikembangkan.

Ia menilai petani kecil perlu mendapat sertifikasi mengingat luas perkebunan kelapa sawit rakyat di Indonesia mencapai 5,82 juta hektar atau sebesar 40,5 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit nasional.

“Oleh karena itu, inklusivitas dan pembangunan kapasitas untuk petani kecil menjadi kunci kritis dalam transformasi agroekologi,” ucapnya.

Ada pun benefit setelah mendapatkan sertifikasi itu yakni pasar kredit petani swadaya RSPO memberi insentif kepada petani kecil untuk mendapatkan premi atas upaya keberlanjutan mereka.

Saat ini, pihaknya memetakan rantai pasokan minyak kelapa sawit dengan mengembangkan Hamurni, aplikasi keterlacakan yang dapat diakses oleh petani kecil, perusahaan, dan pedagang untuk memastikan produk kelapa sawit tidak berasal dari kawasan hutan.



Baca juga: Pemerintah tekankan produktivitas sawit dukung program prioritas

Baca juga: ICOPE 2025 akan digelar di Bali tekankan pengembangan sawit berkelanjutan

Baca juga: Gapki pastikan produksi sawit Indonesia tetap stabil meski ekonomi global melambat

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2025