Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III menyatakan fenomena La Nina untuk Bali masih pada level lemah.

Kepala Kelompok Kerja BBMKG Wilayah III I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Senin, menjelaskan La Nina merupakan fenomena terjadinya penambahan curah hujan dari kondisi normal, sedangkan musim hujan sudah mulai masuk Bali.

“Namun levelnya masih pada level lemah, nah levelnya itu ada lemah, moderat, kuat dan sangat kuat, kita (Bali) masih di lemah,” kata dia.

BBMKG Wilayah III pada September lalu dan tiap 10 hari sekali memprakirakan awal musim hujan di Bali, di mana prakiraan mereka akan jatuh mulai 20 November 2024.

Wirya membenarkan hasil penghitungan tersebut, namun saat ini musim hujan belum merata di seluruh wilayah baru paling terasa di Bali bagian utara, sehingga fenomena La Nina dinyatakan masih level lemah.

Meski dalam bayang-bayang fenomena La Nina, BMKG tetap berharap prakiraan mereka hujan akan merata di seluruh Bali pada Desember dapat sesuai.

Demikian pula prakiraan puncak musim hujan yang diperkirakan 90 persen pada akhir Januari dan sisanya mengalami puncak pada Februari 2025.

Untuk mengantisipasi dampak La Nina di kemudian hari, BBMKG Wilayah III berharap kerja sama dengan BPBD Bali terus berjalan baik, sebab BPBD yang akan memetakan potensi bencana dan upaya mitigasi.

Selain itu, Wira mengatakan saat ini sedang dikembangkan impact dash forecast (IDF) atau sistem prakiraan berbasis dampak, di mana masyarakat dapat membaca langsung potensi bencana dari setiap kondisi.

“Misal kira-kira hujan tiga jam, dampaknya seperti apa, ini yang sedang kami buat karena tentunya bervariasi, kalau hujannya lebat di daerah pegunungan di Bedugul Tabanan kita bandingkan dengan daerah Denpasar bisa jadi di Bedugul terjadi longsor sedangkan di Denpasar genangan air atau banjir,” ujarnya.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024