Situbondo (Antara Bali) - Program sunatan massal yang diselenggarakan Pemkab Situbondo, Jatim, Rabu, dengan melibatkan 3.167 anak masuk dalam catatan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori jumlah terbanyak.
Manajer Senior MURI Paulus Pangka menjelaskan bahwa rekor dari sunatan massal ini merupakan rekor yang ke-5.880 dari MURI. Sebelumnya, MURI mencatat sunatan massal yang dilakukan di Kabupaten Wonosobo pada 20 Juli 2006 dengan jumlah 2.637 anak.
"Untuk Situbondo sendiri kali ini merupakan rekor ketiga di MURI. Pertama adalah rekor makan tajin atau bubur palappa dengan peserta terbanyak, yakni 4.060 orang dan kedua adalah pelayanan KB laki-laki (MOP) terbanyak, yakni 340 akseptor," tuturnya.
Sementara Bupati Situbondo Dadang Wagiarto mengemukakan bahwa pihaknya menggelar kegiatan yang melibatkan 600 lebih tenaga medis tersebut, sebagai upaya untuk menggalang rasa persaudaraan di kalangan masyarakat.
"Kami mengajak semua masyarakat untuk ikut peduli dengan masyarakat lainnya, termasuk dalam urusan sunat ini. Peserta sunatan massal ini adalah anak-anak yang menunda sunat karena orang tuanya tidak memiliki biaya," ujarnya.
Karena itu sebetulnya peserta yang hendak mengikuti sunatan massal kali ini lebih banyak dari yang ditangani. Namun karena kekurangan tenaga dan biaya, maka pihaknya menunda anak-anak itu untuk disunat di lain waktu. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Manajer Senior MURI Paulus Pangka menjelaskan bahwa rekor dari sunatan massal ini merupakan rekor yang ke-5.880 dari MURI. Sebelumnya, MURI mencatat sunatan massal yang dilakukan di Kabupaten Wonosobo pada 20 Juli 2006 dengan jumlah 2.637 anak.
"Untuk Situbondo sendiri kali ini merupakan rekor ketiga di MURI. Pertama adalah rekor makan tajin atau bubur palappa dengan peserta terbanyak, yakni 4.060 orang dan kedua adalah pelayanan KB laki-laki (MOP) terbanyak, yakni 340 akseptor," tuturnya.
Sementara Bupati Situbondo Dadang Wagiarto mengemukakan bahwa pihaknya menggelar kegiatan yang melibatkan 600 lebih tenaga medis tersebut, sebagai upaya untuk menggalang rasa persaudaraan di kalangan masyarakat.
"Kami mengajak semua masyarakat untuk ikut peduli dengan masyarakat lainnya, termasuk dalam urusan sunat ini. Peserta sunatan massal ini adalah anak-anak yang menunda sunat karena orang tuanya tidak memiliki biaya," ujarnya.
Karena itu sebetulnya peserta yang hendak mengikuti sunatan massal kali ini lebih banyak dari yang ditangani. Namun karena kekurangan tenaga dan biaya, maka pihaknya menunda anak-anak itu untuk disunat di lain waktu. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013