Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali memperluas distribusi cadangan pangan pemerintah sebagai salah satu upaya mengendalikan potensi inflasi.
"Melalui mitra distributor, toko pangan kita, dan pengecer," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja di Denpasar, Bali, Senin.
Perwakilan bank sentral itu mengajak seluruh pemerintah kabupaten/kota di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi secara konsisten, serta memperkuat inovasi dan sinergisitas.
Konsistensi seluruh TPID di Bali dalam pengendalian inflasi, lanjut dia, diwujudkan antara lain melalui operasi pasar murah dan gerakan tanam pangan cepat panen di lahan milik Pemprov Bali.
Kemudian, TPID melakukan pemantauan ketersediaan stok, mengoptimalkan bantuan transportasi untuk mendorong kelancaran distribusi pangan, peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan hingga penyebarluasan informasi pelaksanaan operasi pasar murah kepada masyarakat.
Melalui langkah tersebut, pihaknya menyakini inflasi di Bali pada 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional kisaran 1,5 hingga 3,5 persen.
Ia menambahkan pada November 2024, terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai seperti kenaikan harga BBM nonsubsidi, berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat masih tingginya permintaan dari luar Bali.
Selanjutnya, tren kenaikan harga emas dunia, dan potensi berlanjutnya kenaikan harga komoditas hortikultura seiring dengan berakhirnya masa panen raya.
Di sisi lain, beberapa faktor diprakirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi yaitu perluasan areal tanam padi di Bali yang telah mencapai 83,8 persen dari target Kementerian Pertanian serta berlanjutnya panen gadu (tadah hujan) komoditas padi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, perkembangan harga di Pulau Dewata pada Oktober 2024 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,07 persen lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.
Secara tahunan, inflasi di Bali menurun dari 2,67 persen menjadi 2,51 persen, didorong normalisasi permintaan setelah Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Ada pun kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi bulanan Oktober 2024.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga kopi bubuk, buncis, tomat, cabai rawit, dan sawi hijau.
Kenaikan harga kopi bubuk disebabkan oleh lonjakan harga biji kopi global akibat gangguan cuaca di negara-negara produsen utama.
Sementara itu, kenaikan harga komoditas hortikultura disebabkan oleh berakhirnya periode panen yang mengurangi pasokan.
Baca juga: Mendagri minta pemda jaga stabilitas inflasi saat Pilkada 2024
Baca juga: BPS Bali: Tanaman hortikultura masuk penyumbang inflasi
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
"Melalui mitra distributor, toko pangan kita, dan pengecer," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja di Denpasar, Bali, Senin.
Perwakilan bank sentral itu mengajak seluruh pemerintah kabupaten/kota di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi secara konsisten, serta memperkuat inovasi dan sinergisitas.
Konsistensi seluruh TPID di Bali dalam pengendalian inflasi, lanjut dia, diwujudkan antara lain melalui operasi pasar murah dan gerakan tanam pangan cepat panen di lahan milik Pemprov Bali.
Kemudian, TPID melakukan pemantauan ketersediaan stok, mengoptimalkan bantuan transportasi untuk mendorong kelancaran distribusi pangan, peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan hingga penyebarluasan informasi pelaksanaan operasi pasar murah kepada masyarakat.
Melalui langkah tersebut, pihaknya menyakini inflasi di Bali pada 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional kisaran 1,5 hingga 3,5 persen.
Ia menambahkan pada November 2024, terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai seperti kenaikan harga BBM nonsubsidi, berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat masih tingginya permintaan dari luar Bali.
Selanjutnya, tren kenaikan harga emas dunia, dan potensi berlanjutnya kenaikan harga komoditas hortikultura seiring dengan berakhirnya masa panen raya.
Di sisi lain, beberapa faktor diprakirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi yaitu perluasan areal tanam padi di Bali yang telah mencapai 83,8 persen dari target Kementerian Pertanian serta berlanjutnya panen gadu (tadah hujan) komoditas padi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, perkembangan harga di Pulau Dewata pada Oktober 2024 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,07 persen lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.
Secara tahunan, inflasi di Bali menurun dari 2,67 persen menjadi 2,51 persen, didorong normalisasi permintaan setelah Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Ada pun kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi bulanan Oktober 2024.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga kopi bubuk, buncis, tomat, cabai rawit, dan sawi hijau.
Kenaikan harga kopi bubuk disebabkan oleh lonjakan harga biji kopi global akibat gangguan cuaca di negara-negara produsen utama.
Sementara itu, kenaikan harga komoditas hortikultura disebabkan oleh berakhirnya periode panen yang mengurangi pasokan.
Baca juga: Mendagri minta pemda jaga stabilitas inflasi saat Pilkada 2024
Baca juga: BPS Bali: Tanaman hortikultura masuk penyumbang inflasi
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024