Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya merancang gerakan serentak untuk menangani kasus rabies di Pulau Dewata.
“Belajar dari penanganan COVID-19 dulu, kita harus membuat gerakan serentak di Bali terkait pencegahan, yaitu vaksin rabies kepada hewan, khususnya anjing,” kata dia di Denpasar, Rabu.
Hal ini disampaikan Sang Made ke Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Bali dengan tujuan melibatkan seluruh elemen dalam menangani rabies.
Ia menyampaikan dari data Dinas Pertanian dan Pangan Bali cakupan vaksinasi rabies di Bali hingga September 2024 telah mencapai 70,38 persen dengan populasi anjing di Bali lebih dari 600 ribu ekor.
Posko Tim Siaga Rabies (Tisira) yang tersebar di seluruh Bali berjumlah 405 posko dan didukung oleh lebih dari 600 ribu vaksin yang berasal dari APBD, bantuan pusat, serta bantuan dari Pemerintah Australia.
Sang Made mengatakan Tisira yang terdiri dari kepala desa, bidan desa, Babinsa, polprades (polisi pamong praja desa), tokoh agama, dan tokoh masyarakat ini berperan krusial dalam melakukan penyuluhan rabies kepada masyarakat, membantu pendataan populasi anjing, hingga mendukung pelaksanaan vaksinasi.
"Teman-teman ini adalah garda terdepan kita di desa, dan harus kita dukung penuh," ujarnya.
Untuk mendukung Tisira, Pemprov Bali merancang gerakan serentak dengan akan mengadakan pertemuan bersama seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat realisasi penanganan rabies tersebut.
"Tentu nanti akan disertai dengan edaran kepada masyarakat, hal ini kan sudah ada peraturan daerahnya, jadi kita tinggal melaksanakannya," kata Sang Made.
Ia mengatakan keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama, mengingat tingginya risiko jika manusia terjangkit rabies akibat gigitan hewan, seperti anjing, kucing, hingga kera yang tertular virus rabies.
"Kita realistis dulu, pastikan semua hewan peliharaan yang ada pemiliknya tervaksin, dan yang liar kita tangani juga. Yang jelas, aksi ini harus serentak dan segera dilakukan," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Belajar dari penanganan COVID-19 dulu, kita harus membuat gerakan serentak di Bali terkait pencegahan, yaitu vaksin rabies kepada hewan, khususnya anjing,” kata dia di Denpasar, Rabu.
Hal ini disampaikan Sang Made ke Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Bali dengan tujuan melibatkan seluruh elemen dalam menangani rabies.
Ia menyampaikan dari data Dinas Pertanian dan Pangan Bali cakupan vaksinasi rabies di Bali hingga September 2024 telah mencapai 70,38 persen dengan populasi anjing di Bali lebih dari 600 ribu ekor.
Posko Tim Siaga Rabies (Tisira) yang tersebar di seluruh Bali berjumlah 405 posko dan didukung oleh lebih dari 600 ribu vaksin yang berasal dari APBD, bantuan pusat, serta bantuan dari Pemerintah Australia.
Sang Made mengatakan Tisira yang terdiri dari kepala desa, bidan desa, Babinsa, polprades (polisi pamong praja desa), tokoh agama, dan tokoh masyarakat ini berperan krusial dalam melakukan penyuluhan rabies kepada masyarakat, membantu pendataan populasi anjing, hingga mendukung pelaksanaan vaksinasi.
"Teman-teman ini adalah garda terdepan kita di desa, dan harus kita dukung penuh," ujarnya.
Untuk mendukung Tisira, Pemprov Bali merancang gerakan serentak dengan akan mengadakan pertemuan bersama seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat realisasi penanganan rabies tersebut.
"Tentu nanti akan disertai dengan edaran kepada masyarakat, hal ini kan sudah ada peraturan daerahnya, jadi kita tinggal melaksanakannya," kata Sang Made.
Ia mengatakan keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama, mengingat tingginya risiko jika manusia terjangkit rabies akibat gigitan hewan, seperti anjing, kucing, hingga kera yang tertular virus rabies.
"Kita realistis dulu, pastikan semua hewan peliharaan yang ada pemiliknya tervaksin, dan yang liar kita tangani juga. Yang jelas, aksi ini harus serentak dan segera dilakukan," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024