Badan Pusat Statistik (BPS) Bali melihat Nilai Tukar Petani (NTP) Bali turut terdampak Hari Raya Galungan pada September 2024 lalu.
Plt Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan di Denpasar, Selasa, menjelaskan NTP dihitung berdasarkan indeks harga yang diterima dan indeks harga yang dibayar petani.
Pada September lalu, indeks harga yang diterima (IT) petani 119,48 sementara indeks harga yang dibayar (IB) petani 121,47 atau lebih tinggi dengan salah satu penyumbang poin tinggi tersebut adalah komoditas daging babi.
Baca juga: BPS Bali: Nilai tukar petani di Februari 2024 tertinggi dalam 5 tahun
“Indeks yang dibayarkan petani pasti terpengaruh hari raya karena dia harus mengeluarkan pengeluaran dari yang dibayarkan untuk konsumsi atau biaya produksi seperti harga daging babi,” kata dia.
BPS Bali mencatat daging babi sebagai salah satu penyumbang inflasi di bulan lalu sebab harganya terpengaruh Hari Raya Galungan.
“Jadi nilai indeks yang dibayar petani lebih besar dari nilai yang diterima, ini menyebabkan nilai tukar petani di bawah 100 yaitu 98,36,” ujar Kadek Agus.
Adapun indeks harga yang diterima petani sebesar 119,48 tadi dominan berkat kenaikan harga komoditas cengkeh, jeruk, dan kopi, justru tidak ada komoditas terkait hari raya yang mendongkrak kenaikan keuntungan petani.
Di sisi lain indeks harga yang dibayar petani sebesar 121,47 tadi dipengaruhi oleh harga bawang merah, rokok putih, dan daging babi.
Baca juga: BPS Bali kembali catat kenaikan Nilai Tukar Petani di Januari 2024
Meski demikian, Kadek Agus melihat pasti ada dampak baik hari raya yang dirasakan petani, karena ketika ada kenaikan harga dari pedagang ke konsumen, pasti dipengaruhi oleh harga yang diberikan petani.
“Seperti komoditas canang sari, itu kan produk jadi padahal yang dihasilkan dari petani berdasarkan subsektor, jadi ketika ada permintaan meningkat, harga produsen meningkat, akan meningkatkan indeks yang diterima petani,” ujarnya.
Adapun berdasarkan subsektor, NTP Bali mengalami kenaikan pada subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan nelayan, sedangkan kelompok holtikultura dan perikanan pembudidayaan mengalami penurunan.
Baca juga: BPS Bali kembali catat kenaikan Nilai Tukar Petani di Januari 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Plt Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan di Denpasar, Selasa, menjelaskan NTP dihitung berdasarkan indeks harga yang diterima dan indeks harga yang dibayar petani.
Pada September lalu, indeks harga yang diterima (IT) petani 119,48 sementara indeks harga yang dibayar (IB) petani 121,47 atau lebih tinggi dengan salah satu penyumbang poin tinggi tersebut adalah komoditas daging babi.
Baca juga: BPS Bali: Nilai tukar petani di Februari 2024 tertinggi dalam 5 tahun
“Indeks yang dibayarkan petani pasti terpengaruh hari raya karena dia harus mengeluarkan pengeluaran dari yang dibayarkan untuk konsumsi atau biaya produksi seperti harga daging babi,” kata dia.
BPS Bali mencatat daging babi sebagai salah satu penyumbang inflasi di bulan lalu sebab harganya terpengaruh Hari Raya Galungan.
“Jadi nilai indeks yang dibayar petani lebih besar dari nilai yang diterima, ini menyebabkan nilai tukar petani di bawah 100 yaitu 98,36,” ujar Kadek Agus.
Adapun indeks harga yang diterima petani sebesar 119,48 tadi dominan berkat kenaikan harga komoditas cengkeh, jeruk, dan kopi, justru tidak ada komoditas terkait hari raya yang mendongkrak kenaikan keuntungan petani.
Di sisi lain indeks harga yang dibayar petani sebesar 121,47 tadi dipengaruhi oleh harga bawang merah, rokok putih, dan daging babi.
Baca juga: BPS Bali kembali catat kenaikan Nilai Tukar Petani di Januari 2024
Meski demikian, Kadek Agus melihat pasti ada dampak baik hari raya yang dirasakan petani, karena ketika ada kenaikan harga dari pedagang ke konsumen, pasti dipengaruhi oleh harga yang diberikan petani.
“Seperti komoditas canang sari, itu kan produk jadi padahal yang dihasilkan dari petani berdasarkan subsektor, jadi ketika ada permintaan meningkat, harga produsen meningkat, akan meningkatkan indeks yang diterima petani,” ujarnya.
Adapun berdasarkan subsektor, NTP Bali mengalami kenaikan pada subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan nelayan, sedangkan kelompok holtikultura dan perikanan pembudidayaan mengalami penurunan.
Baca juga: BPS Bali kembali catat kenaikan Nilai Tukar Petani di Januari 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024