Pembudi daya ikan lele, I Ketut Gede Wira Usada (51) mengembangkan ikan lelenya di dalam kolam terpal bulat diameter 3 x 3 meter dengan sistem bioflok karena dinilai lebih menguntungkan.
Budi daya ikan lele padat tebar di mana dalam setiap kolam diisi 5000 ekor ikan lele yang terlihat tumbuh sehat dan rakus yang berlokasi di Banjar Penarukan Kaje, Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali.
“Siklus budi daya ikan lele cukup singkat, hanya memerlukan 3-4 bulan. Selain itu indukan ikan juga berpengaruh, kalau induknya bagus ikan akan cepat besar dan dalam waktu 2 bulan sudah dapat dipanen dengan size 5-6 per kilo gram,” ujar Gede Wira Usada saat dikunjungi tim PT Songgolangit Persada (SLP) yang memproduksi dan memasarkan produk Hayati Effektive Microorganisme 4 (EM4) Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Pengolahan Limbah, demikian keterangan pers yang diterima di Denpasar, Sabtu.
Dalam kunjungan tersebut, tim SLP yang terdiri dari Direktur perusahaan, H Agus Urson Hadi Pramono, Staf Ahli, I Gusti Ketut Riksa, Kepala Pemasaran wilayah Bali, NTB dan NTT, Irkham Rosidi dan Koentjoro Adijanto melakukan pendampingan dalam penerapan budi daya ikan lele menggunakan probiotik EM4.
Koentjoro Adijanto didampingi I Gusti Ketut Riksa menyampaikan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan efisien dalam budi daya ikan lele sistem bioflok menggunakan EM4 terlebih dahulu perlu melakukan pengaktipan bakteri EM4.
Caranya dengan menyiapkan air sumur atau air sungai sebanyak 18 liter yang ditampung dalam ember/galon. Kemudian tambahkan satu liter probiotik EM4 dan satu liter tetes tebu (molase).
Selanjutnya aduk bahan tersebut agar tercampur secara merata, setelah itu tutup rapat ember/galon. Dan setiap hari tutup perlu dibuka sebentar untuk mengeluarkan gasnya. Setelah lima hari EM4 aktif sudah bisa digunakan untuk pakan ikan.
“Cara menggunakannya cukup 10 cc EM4 aktif dicampur dengan satu liter air dan campurkan pada pelet ikan. Usahakan dalam satu bulan EM4 aktif tersebut sudah habis digunakan,” ujar Koentjoro yang akrab disapa Yoyok.
Dengan menerapkan probiotik EM4 akan dapat memperbaiki air pada kolam atau tambak, dapat menguraikan bahan-bahan sisa pakan, kotoran menjadi senyawa organik yang bermanfaat, menekan mikroorganisme patogen, membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ikan juga dapat menekan hama dan penyakit yang ada di dalam kolam atau tambak.
Sebelum melakukan budi daya ikan lele, Gede Wira Usada sendiri sebelumnya telah sukses melakukan budi daya ikan nila dalam delapan kolam terpal bulat diameter 3 x3 meter dengan sistem RAS (Recirculating Aquaculture System) atau sirkulasi air mengalir bersama istrinya Ni Putu Ayu Winariyati di pekarangan rumahnya.
Usaha yang dirintis pada masa pandemi Covid-19 dan diresmikan oleh Kepala Desa setempat pada 8 Juni 2021 sudah pernah beberapa kali panen dengan hasil menguntungkan jutaan rupiah. Budi daya ikan nila itu melakukan penebaran benih padat dengan menggunakan sistem aerasi yakni suatu proses penambahan udara atau oksigen dalam air dengan membawa air dari udara ke dalam kontak yang dekat, dengan memberikan gelembung-gelembung halus udara dan membiarkannya naik ke udara melalui air.
Dengan sistem tersebut dapat melakukan penebaran benih padat dan proses pemeliharaan ikan nila dalam delapan kolam buatan itu mendapat sentuhan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4) perikanan produksi PT Songgolangit Persada.
Ni Putu Ayu Winariyati, ibu dari dua anak itu menuturkan, penebaran benih ikan nila dalam setiap satu meter kubik normalnya hanya 50 ekor, kalau enam meter kubik berarti maksimal hanya 300 ekor. Namun dengan sistem air mengalir dan sentuhan EM4 perikanan ditebarkan benih sebanyak 1.300 ekor, atau setiap satu meter kubik berisi 200 ekor atau empat kali lipat dari penebaran bibit biasanya untuk setiap kolamnya.
Dalam proses pemeliharaan ikan nila yang berlangsung selama empat bulan itu, sentuhan EM4 Perikanan sangat berperan yang diaflikasikan dengan molase untuk proses fermentasi pakan sehingga menjadi lembut dan halus.
Pakan yang diproses menjadi lembut dan halus sebelum dikonsumsi ikan menjadi sangat penting, karena ikan nila itu perutnya pendek, ususnya juga pendek namun rakus makan. Dengan banyak makan tanpa terlebih dulu difermentasi makanan akan mengembang dalam perut yang bisa menyebabkan ususnya pecah sekaligus menimbulkan kematian ikan peliharaan itu.
Ia merupakan salah satu anggota Kelompok Pembudidaya ikan (Pokdakan) Mina Sari Rejeki Banjar Penarukan Kaje, Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.
Hasil panen budi daya ikan nila dalam satu kolam yang ditebarkan bibit 1.300 ekor sebanyak 300 kilogram atau tiga kuintal karena setiap 4-5 ekor beratnya satu kg dengan harga Rp35.000-Rp40.000/kg atau totalnya sekitar Rp10,5 juta sampai Rp12 juta.
"Itu baru hasil panen dari satu kolam ikan, kalau memiliki lebih kolam dengan menebarkan bibit 1.300 ekor berarti keuntungannya lumayan besar," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Budi daya ikan lele padat tebar di mana dalam setiap kolam diisi 5000 ekor ikan lele yang terlihat tumbuh sehat dan rakus yang berlokasi di Banjar Penarukan Kaje, Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali.
“Siklus budi daya ikan lele cukup singkat, hanya memerlukan 3-4 bulan. Selain itu indukan ikan juga berpengaruh, kalau induknya bagus ikan akan cepat besar dan dalam waktu 2 bulan sudah dapat dipanen dengan size 5-6 per kilo gram,” ujar Gede Wira Usada saat dikunjungi tim PT Songgolangit Persada (SLP) yang memproduksi dan memasarkan produk Hayati Effektive Microorganisme 4 (EM4) Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Pengolahan Limbah, demikian keterangan pers yang diterima di Denpasar, Sabtu.
Dalam kunjungan tersebut, tim SLP yang terdiri dari Direktur perusahaan, H Agus Urson Hadi Pramono, Staf Ahli, I Gusti Ketut Riksa, Kepala Pemasaran wilayah Bali, NTB dan NTT, Irkham Rosidi dan Koentjoro Adijanto melakukan pendampingan dalam penerapan budi daya ikan lele menggunakan probiotik EM4.
Koentjoro Adijanto didampingi I Gusti Ketut Riksa menyampaikan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan efisien dalam budi daya ikan lele sistem bioflok menggunakan EM4 terlebih dahulu perlu melakukan pengaktipan bakteri EM4.
Caranya dengan menyiapkan air sumur atau air sungai sebanyak 18 liter yang ditampung dalam ember/galon. Kemudian tambahkan satu liter probiotik EM4 dan satu liter tetes tebu (molase).
Selanjutnya aduk bahan tersebut agar tercampur secara merata, setelah itu tutup rapat ember/galon. Dan setiap hari tutup perlu dibuka sebentar untuk mengeluarkan gasnya. Setelah lima hari EM4 aktif sudah bisa digunakan untuk pakan ikan.
“Cara menggunakannya cukup 10 cc EM4 aktif dicampur dengan satu liter air dan campurkan pada pelet ikan. Usahakan dalam satu bulan EM4 aktif tersebut sudah habis digunakan,” ujar Koentjoro yang akrab disapa Yoyok.
Dengan menerapkan probiotik EM4 akan dapat memperbaiki air pada kolam atau tambak, dapat menguraikan bahan-bahan sisa pakan, kotoran menjadi senyawa organik yang bermanfaat, menekan mikroorganisme patogen, membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ikan juga dapat menekan hama dan penyakit yang ada di dalam kolam atau tambak.
Sebelum melakukan budi daya ikan lele, Gede Wira Usada sendiri sebelumnya telah sukses melakukan budi daya ikan nila dalam delapan kolam terpal bulat diameter 3 x3 meter dengan sistem RAS (Recirculating Aquaculture System) atau sirkulasi air mengalir bersama istrinya Ni Putu Ayu Winariyati di pekarangan rumahnya.
Usaha yang dirintis pada masa pandemi Covid-19 dan diresmikan oleh Kepala Desa setempat pada 8 Juni 2021 sudah pernah beberapa kali panen dengan hasil menguntungkan jutaan rupiah. Budi daya ikan nila itu melakukan penebaran benih padat dengan menggunakan sistem aerasi yakni suatu proses penambahan udara atau oksigen dalam air dengan membawa air dari udara ke dalam kontak yang dekat, dengan memberikan gelembung-gelembung halus udara dan membiarkannya naik ke udara melalui air.
Dengan sistem tersebut dapat melakukan penebaran benih padat dan proses pemeliharaan ikan nila dalam delapan kolam buatan itu mendapat sentuhan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4) perikanan produksi PT Songgolangit Persada.
Ni Putu Ayu Winariyati, ibu dari dua anak itu menuturkan, penebaran benih ikan nila dalam setiap satu meter kubik normalnya hanya 50 ekor, kalau enam meter kubik berarti maksimal hanya 300 ekor. Namun dengan sistem air mengalir dan sentuhan EM4 perikanan ditebarkan benih sebanyak 1.300 ekor, atau setiap satu meter kubik berisi 200 ekor atau empat kali lipat dari penebaran bibit biasanya untuk setiap kolamnya.
Dalam proses pemeliharaan ikan nila yang berlangsung selama empat bulan itu, sentuhan EM4 Perikanan sangat berperan yang diaflikasikan dengan molase untuk proses fermentasi pakan sehingga menjadi lembut dan halus.
Pakan yang diproses menjadi lembut dan halus sebelum dikonsumsi ikan menjadi sangat penting, karena ikan nila itu perutnya pendek, ususnya juga pendek namun rakus makan. Dengan banyak makan tanpa terlebih dulu difermentasi makanan akan mengembang dalam perut yang bisa menyebabkan ususnya pecah sekaligus menimbulkan kematian ikan peliharaan itu.
Ia merupakan salah satu anggota Kelompok Pembudidaya ikan (Pokdakan) Mina Sari Rejeki Banjar Penarukan Kaje, Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.
Hasil panen budi daya ikan nila dalam satu kolam yang ditebarkan bibit 1.300 ekor sebanyak 300 kilogram atau tiga kuintal karena setiap 4-5 ekor beratnya satu kg dengan harga Rp35.000-Rp40.000/kg atau totalnya sekitar Rp10,5 juta sampai Rp12 juta.
"Itu baru hasil panen dari satu kolam ikan, kalau memiliki lebih kolam dengan menebarkan bibit 1.300 ekor berarti keuntungannya lumayan besar," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024