Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam sesi konferensi pers Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP) dan Forum Indonesia-Afrika (IAF) Ke-2 bercerita soal pelajaran yang didapat dari Afrika.
“Yang bisa kita pelajari dari Afrika adalah wisata konservasi, jadi kemarin kami bertemu dengan Presiden Zanzibar, dan Aljazair, dan ternyata seperti Aljazair ini adalah negara dengan peninggalan bangunan-bangunan era romawi yang terbesar, lebih besar dari Italia,” kata dia di Kabupaten Badung, Selasa.
Sandiaga mengatakan wisata konservasi ala negara-negara di kawasan Afrika dapat dipelajari sebab mereka mampu menjadikan peninggalan sejarah sebagai daya tarik wisata dan merawatnya dengan baik sampai saat ini.
Selain belajar konservasi, Menparekraf takjub dengan negara Zanzibar di wilayah Tunisia yang 30 persen pendapatan negaranya berasal dari sektor pariwisata, namun berfokus pada wisata fauna.
“30 persen ekonominya itu dikontribusikan oleh pariwisata yang hanya fokus melihat-lihat binatang, jadi datang ke sana glamping bukan di resort mewah tapi nyaman, daya tarik utamanya itu melihat jerapah, gajah, maupun melihat binatang-binatang lainnya,” ujar Sandiaga.
Pengalaman dari negara Afrika ini kemudian yang akan diserap Indonesia dan ke depan dijadikan kesempatan untuk pertukaran pelajar, sebab Afrika juga menaruh minat untuk mempelajari sistem pariwisata Indonesia.
Selain Zanzibar yang ingin mengirimkan mahasiswanya belajar di Indonesia, dalam pertemuan bilateral IAF Ke-2 Menparekraf juga mendapat pengajuan dari Aljazair, Sudan, dan Maroko, yang berminat mempelajari pariwisata berkelanjutan dan pengelolaan Meeting, Incentives, Convention, dan Exhibition (MICE).
Baca juga: Indonesia jajaki kerja sama ekonomi biru dengan Zanzibar
Baca juga: Pemerintah fasilitasi sinergi pengusaha wisata Zanzibar dan PHRI
Baca juga: Indonesia sepakat terima pelajar Zanzibar untuk belajar pariwisata
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Yang bisa kita pelajari dari Afrika adalah wisata konservasi, jadi kemarin kami bertemu dengan Presiden Zanzibar, dan Aljazair, dan ternyata seperti Aljazair ini adalah negara dengan peninggalan bangunan-bangunan era romawi yang terbesar, lebih besar dari Italia,” kata dia di Kabupaten Badung, Selasa.
Sandiaga mengatakan wisata konservasi ala negara-negara di kawasan Afrika dapat dipelajari sebab mereka mampu menjadikan peninggalan sejarah sebagai daya tarik wisata dan merawatnya dengan baik sampai saat ini.
Selain belajar konservasi, Menparekraf takjub dengan negara Zanzibar di wilayah Tunisia yang 30 persen pendapatan negaranya berasal dari sektor pariwisata, namun berfokus pada wisata fauna.
“30 persen ekonominya itu dikontribusikan oleh pariwisata yang hanya fokus melihat-lihat binatang, jadi datang ke sana glamping bukan di resort mewah tapi nyaman, daya tarik utamanya itu melihat jerapah, gajah, maupun melihat binatang-binatang lainnya,” ujar Sandiaga.
Pengalaman dari negara Afrika ini kemudian yang akan diserap Indonesia dan ke depan dijadikan kesempatan untuk pertukaran pelajar, sebab Afrika juga menaruh minat untuk mempelajari sistem pariwisata Indonesia.
Selain Zanzibar yang ingin mengirimkan mahasiswanya belajar di Indonesia, dalam pertemuan bilateral IAF Ke-2 Menparekraf juga mendapat pengajuan dari Aljazair, Sudan, dan Maroko, yang berminat mempelajari pariwisata berkelanjutan dan pengelolaan Meeting, Incentives, Convention, dan Exhibition (MICE).
Baca juga: Indonesia jajaki kerja sama ekonomi biru dengan Zanzibar
Baca juga: Pemerintah fasilitasi sinergi pengusaha wisata Zanzibar dan PHRI
Baca juga: Indonesia sepakat terima pelajar Zanzibar untuk belajar pariwisata
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024