Oleh Ahmad Wijaya

Jakarta (Antara Bali) - Belasan balita digendong ibunya tampak mengantre di sebuah posyandu di kawasan Kemanggisan, Jakarta.

Mereka akan ditimbang beratnya dan diukur tingginya untuk mengetahui apakah pertumbuhan badan sudah sesuai dengan usianya atau tidak.

Untuk mengetahui kemajuan pertumbuhan balitanya, si ibu selalu membawa buku mengenai kesehatan si kecil.

Di dalam buku ada catatan mengenai nama, tanggal dan tempat lahir, usia, berat badan, penyakit yang diderita (jika ada). Semua tercatat secara rinci dan yang mencatat adalah petugas posyandu.

"Setiap bulan saya selalu membawa anak pertama ke posyandu untuk mengetahui perkembangan fisik dan kesehatannya. Kalau sakit baru saya bawa ke dokter," kata Aminah (23).

Dia bercerita bayinya dulu sempat tidak ideal berat badan dengan usia karena dirinya tidak rutin memantau perkembangan di Posyandu. Setelah dibawa ke dokter baru ketahuan bahwa anaknya kekurangan makanan yang bergizi karena memang kondisi ekonomi keluarga pas-pasan.

Pakar kesehatan Prof Soekirman mengatakan bahwa 1.000 hari pertama usia bayi sangat menentukan kualitas hidupnya di masa depan sehingga upaya peningkatan dan perbaikan gizi harus dilakukan seoptimal mungkin.

Soekirman yang juga Guru Besar Ilmu Pangan IPB berpendapat seluruh pemangku kepentingan harus turut serta memperhatikan program 1.000 hari pertama, sejak janin dalam kandungan hingga usia anak dua tahun.

"Percepatan perbaikan gizi pada 1.000 hari pertama harus dimulai dari masa kehamilan sampai anak berusia dua tahun," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) IPB itu.

Soekirman menyambut baik saat ini telah banyak dikembangkan program terkait pengembangan gizi di kalangan masyarakat dan meminta seluruh pihak untuk mendukung program gizi nasional.

Kerja sama itu di antaranya memfasilitasi pendidikan gizi bagi 200 kader penggiat edukasi gizi masyarakat termasuk kader posyandu di wilayah Bogor serta pihak-pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan gizi masyarakat.

Ia berharap dengan semakin banyaknya program terkait edukasi gizi para ibu mampu untuk menyusun menu sederhana bagi anak dan keluarganya dengan kandungan gizi yang seimbang sehingga permasalahan kekurangan gizi di Indonesia dapat ditekan serendah mungkin. (*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013