Denpasar (Antara Bali) - Dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana (Unud) Denpasar Prof I Nyoman Darma Putra berbicara mengenai warisan budaya Hindu di Bali dan India dalam seminar internasional di Singapura pada 1 Februari mendatang.
"Saya akan memaparkan tentang Pementasan Warisan Budaya Hindu di Bali dan India dalam pertemuan yang diikuti 25 peserta dari Jerman, Kanada, India, Australia, dan tuan rumah Singapura," katanya di Denpasar, Selasa.
Ia bertolak menuju Singapura didampingi seorang dosen Fakultas Sastra Unud dan dua dosen Universitas Hindu (Unhi) Denpasar untuk memenuhi undangan panitia seminar di Singapura bertajuk "Replaying The Past".
Menurut dia, kertas kerjanya itu disusunkan berdasarkan hasil penelitiannya tetang "geguritan" sejak tahun 1990 dan selama dua tahun terakhir dilakukan bekerja sama dengan A/Prof Helen Creese dari University Of Queensland, Australia.
Geguritan, kekidung, maupun kekawin (karya sastra) yang disiarkan secara berkesinambungan oleh stasiun radio maupun televisi lokal di Bali mengandung nilai-nilai agama dan nasehat yang penuh makna.
"Penyiaran geguritan secara interaktif itu sangat diminati pendengar dan pemirsa, tidak hanya untuk menghibur dirinya sendiri, namun mengandung pendidikan agama," ujar Prof Darma Putra yang masih terus melanjutkan penelitiannya itu. (*/ADT/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Saya akan memaparkan tentang Pementasan Warisan Budaya Hindu di Bali dan India dalam pertemuan yang diikuti 25 peserta dari Jerman, Kanada, India, Australia, dan tuan rumah Singapura," katanya di Denpasar, Selasa.
Ia bertolak menuju Singapura didampingi seorang dosen Fakultas Sastra Unud dan dua dosen Universitas Hindu (Unhi) Denpasar untuk memenuhi undangan panitia seminar di Singapura bertajuk "Replaying The Past".
Menurut dia, kertas kerjanya itu disusunkan berdasarkan hasil penelitiannya tetang "geguritan" sejak tahun 1990 dan selama dua tahun terakhir dilakukan bekerja sama dengan A/Prof Helen Creese dari University Of Queensland, Australia.
Geguritan, kekidung, maupun kekawin (karya sastra) yang disiarkan secara berkesinambungan oleh stasiun radio maupun televisi lokal di Bali mengandung nilai-nilai agama dan nasehat yang penuh makna.
"Penyiaran geguritan secara interaktif itu sangat diminati pendengar dan pemirsa, tidak hanya untuk menghibur dirinya sendiri, namun mengandung pendidikan agama," ujar Prof Darma Putra yang masih terus melanjutkan penelitiannya itu. (*/ADT/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013