Pedagang terompet di Bali mulai menggali peluang bisnis dengan memasok terompet untuk perayaan Tahun Baru 2024 ke hotel-hotel.
Pedagang buah yang setiap akhir tahun beralih menjual terompet dan aksesoris tahun baru di Bali bernama Ahmad Khusairi (40) mengatakan sudah mengambil peluang tersebut, dan hotel-hotel berbintang sudah mulai membeli ratusan terompet tahun baru darinya.
“Saya masukin ke hotel dan restoran, sebelumnya juga sudah sempat laku sekitar 500-1.000 buah untuk tiga hotel, karena kadang ada yang ambil 100-300, kalau sekarang yang sudah pesan hotel di daerah Seminyak Kuta,” kata Ahmad Khusairi di Denpasar, Senin.
Untuk perayaan Tahun Baru 2024, setidaknya saat ini sudah ada dua hotel di kawasan Seminyak yang memesan terompet dagangannya. Jika berkaca dari Tahun Baru 2023 saat menerima orderan terompet dari hotel, pihak hotel baru akan menghubungi 3 hari sebelum perayaan.
Kepada media, ia menyebutkan harga yang diberikan ke hotel-hotel untuk satu buah terompet mulai dari Rp5.000 hingga Rp10.000 tergantung penawaran hotel, dan saat ini ia sudah mulai mengumpulkan ketersediaan untuk antisipasi lonjakan pembeli.
Menurutnya, minat pembelian terompet untuk tahun baru tidak menurun, justru meningkat pasca-pandemi COVID-19, termasuk tren hotel yang membeli ke pengepul.
Selain ke hotel dan restoran, Ahmad juga keliling menjual terompet eceran ke masyarakat umum menggunakan sepeda motor, di mana untuk satuan ia menjual seharga Rp10.000.
“Rata-rata eceran sehari habis 200 buah, minimal malam tahun baru habis 500 buah, dan saya tidak mengambil dari satu produsen saja,” ujarnya.
Satu buah terompet yang ia beli dari produsen seharga Rp3.000, sehingga dalam sehari pria asal Lombok tersebut bisa meraup keuntungan mencapai Rp1,4 juta sampai Rp3,5 juta.
Salah satu usaha rumahan yang menjadi pemasok ribuan terompet tersebut adalah milik Lilik Rustini yang berdiri belasan tahun di rumah kontrakan Jalan Setia Budi, Denpasar.
Kepada media, Lilik bercerita bahwa kegiatan memproduksi terompet dan topi perlengkapan tahun baru sudah dijalankan keluarganya sejak 1998, dan kini sebanyak lima orang anggota keluarga menjadi pembuat terompet.
Khusus menyambut Tahun Baru 2024, mereka sudah mulai membuat terompet sejak Februari lalu, dan sampai saat ini terhitung 10.000 pesanan untuk terompet polos, 5.000 pesanan untuk terompet bentuk naga, dan 2.000 pesanan untuk topi sudah dilayani.
“Dari Februari nyicil gitu buatnya, kalau sekarang baru bikin tidak bisa dapat banyak. Nanti kalau yang mengambil ke sini biasanya seperti pengepul lalu dijual lagi ke toko atau didistribusikan ke tempat lain, bahkan ada yang bawa sampai ke Lombok,” kata Lilik.
Kepada distributor tersebut Lilik memberi harga Rp3.000 untuk terompet biasa dan Rp7.000 untuk terompet bentuk naga, harga ini sudah dirasa sangat cukup menutupi modal usaha mereka, karena sebagian bahan pembuatan atribut itu diperoleh dari barang bekas.
“Mencari bahannya sebagian dari kertas bekas, sebagian dari Jawa seperti kertas untuk bikin naga itu, sekarang Alhamdulillah sudah banyak peningkatan daripada waktu COVID-19, hitung saja omzetnya kira-kira 50 persennya,” ujar Lilik yang berarti untuk 10 ribu terompet biasa saja sudah dapat menghasilkan pendapatan bersih Rp15.000.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Pedagang buah yang setiap akhir tahun beralih menjual terompet dan aksesoris tahun baru di Bali bernama Ahmad Khusairi (40) mengatakan sudah mengambil peluang tersebut, dan hotel-hotel berbintang sudah mulai membeli ratusan terompet tahun baru darinya.
“Saya masukin ke hotel dan restoran, sebelumnya juga sudah sempat laku sekitar 500-1.000 buah untuk tiga hotel, karena kadang ada yang ambil 100-300, kalau sekarang yang sudah pesan hotel di daerah Seminyak Kuta,” kata Ahmad Khusairi di Denpasar, Senin.
Untuk perayaan Tahun Baru 2024, setidaknya saat ini sudah ada dua hotel di kawasan Seminyak yang memesan terompet dagangannya. Jika berkaca dari Tahun Baru 2023 saat menerima orderan terompet dari hotel, pihak hotel baru akan menghubungi 3 hari sebelum perayaan.
Kepada media, ia menyebutkan harga yang diberikan ke hotel-hotel untuk satu buah terompet mulai dari Rp5.000 hingga Rp10.000 tergantung penawaran hotel, dan saat ini ia sudah mulai mengumpulkan ketersediaan untuk antisipasi lonjakan pembeli.
Menurutnya, minat pembelian terompet untuk tahun baru tidak menurun, justru meningkat pasca-pandemi COVID-19, termasuk tren hotel yang membeli ke pengepul.
Selain ke hotel dan restoran, Ahmad juga keliling menjual terompet eceran ke masyarakat umum menggunakan sepeda motor, di mana untuk satuan ia menjual seharga Rp10.000.
“Rata-rata eceran sehari habis 200 buah, minimal malam tahun baru habis 500 buah, dan saya tidak mengambil dari satu produsen saja,” ujarnya.
Satu buah terompet yang ia beli dari produsen seharga Rp3.000, sehingga dalam sehari pria asal Lombok tersebut bisa meraup keuntungan mencapai Rp1,4 juta sampai Rp3,5 juta.
Salah satu usaha rumahan yang menjadi pemasok ribuan terompet tersebut adalah milik Lilik Rustini yang berdiri belasan tahun di rumah kontrakan Jalan Setia Budi, Denpasar.
Kepada media, Lilik bercerita bahwa kegiatan memproduksi terompet dan topi perlengkapan tahun baru sudah dijalankan keluarganya sejak 1998, dan kini sebanyak lima orang anggota keluarga menjadi pembuat terompet.
Khusus menyambut Tahun Baru 2024, mereka sudah mulai membuat terompet sejak Februari lalu, dan sampai saat ini terhitung 10.000 pesanan untuk terompet polos, 5.000 pesanan untuk terompet bentuk naga, dan 2.000 pesanan untuk topi sudah dilayani.
“Dari Februari nyicil gitu buatnya, kalau sekarang baru bikin tidak bisa dapat banyak. Nanti kalau yang mengambil ke sini biasanya seperti pengepul lalu dijual lagi ke toko atau didistribusikan ke tempat lain, bahkan ada yang bawa sampai ke Lombok,” kata Lilik.
Kepada distributor tersebut Lilik memberi harga Rp3.000 untuk terompet biasa dan Rp7.000 untuk terompet bentuk naga, harga ini sudah dirasa sangat cukup menutupi modal usaha mereka, karena sebagian bahan pembuatan atribut itu diperoleh dari barang bekas.
“Mencari bahannya sebagian dari kertas bekas, sebagian dari Jawa seperti kertas untuk bikin naga itu, sekarang Alhamdulillah sudah banyak peningkatan daripada waktu COVID-19, hitung saja omzetnya kira-kira 50 persennya,” ujar Lilik yang berarti untuk 10 ribu terompet biasa saja sudah dapat menghasilkan pendapatan bersih Rp15.000.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023