Bupati Tabanan, Bali, I Komang Gede Sanjaya bersama krama subak serta pekaseh Tabanan, melakukan tradisi sembahyang bersama di Pura Luhur Batukau, Desa Wangaya Gede, Penebel, yang bertujuan berkomitmen mewujudkan pembangunan menyeluruh salah satunya melalui ketahanan pangan.
Tradisi subak yang didalamnya menyangkut masyarakat adat yang memiliki karakter sosio agraris religius dan memiliki konsep Tri Hita Karana yang tujuannya untuk menjaga keseimbangan alam serta kehidupan masyarakat yang sangat sesuai dengan visi misi besar Pemkab.
"Pemerintah sangat peduli tentang keberadaan subak dan pekaseh di Bali, khususnya di Tabanan. Kita tidak mungkin hadir di tengah-tengah krama subak dan pekaseh kalau tidak ada hati kita disini. Ini adalah spirit sekaligus dukungan kita terhadap kelestarian tradisi, seni, adat dan budaya yang ada di Bali," kata Sanjaya di Tabanan, Minggu.
I Komang Gede Sanjaya mengatakan, sembahyang bersama krama subak serta pekaseh Tabanan mencerminkan hubungan erat antara pemerintah daerah dan komunitas pertanian.
"Sembahyang bersama ini dapat menjadi wujud dukungan spiritual dan sosial dari pemerintah terhadap keberlanjutan subak, serta memperkuat rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menjaga sistem irigasi dan keberlanjutan pertanian di Tabanan," imbuhnya.
Baca juga: Jembrana segera miliki Sentra Pengolahan Beras Terpadu untuk topang ketahanan pangan
Bupati menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Ketua DPRD Bali dan seluruh pihak terkait yang turut serta dalam menggelar kegiatan ini serta Tjokorda Anglurah Tabanan yang tetap konsisten dan tidak mau meninggalkan jati dirinya di tengah-tengah pelestarian adat agama dan budaya, meliputi 428 subak dan subak abian di Tabanan.
"Kenapa ini perlu dijaga, karena sejarah mencatat bahwa alam di Tabanan dari sembilan Kabupaten/Kota yang ada di Bali, hanya Tabanan yang masyarakatnya sangat konsen dan memegang teguh dunia persubakan hingga sangat peduli dengan alam pertanian. Tidak salah di Tabanan disebut lumbung pangannya Bali," tambah Sanjaya.
Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Bali, Adi Wiryatama, menyampaikan kebanggaannya, bahwa subak yang utuh hanya ada di Kabupaten Tabanan. Bukan hanya pengurus, namun krama/masyarakat dengan Pemerintah Daerah masih kompak bersatu mempertahankan tradisi adiluhung warisan leluhur pendahulu.
Hal ini juga ditandai dengan kondisi alam Tabanan yang sangat berpotensi dalam mengembangkan sektor pertanian yang menjadi profesi mayoritas masyarakat Tabanan.
Baca juga: Program ketahanan pangan Pemkab Tabanan produksi padi organik
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Tradisi subak yang didalamnya menyangkut masyarakat adat yang memiliki karakter sosio agraris religius dan memiliki konsep Tri Hita Karana yang tujuannya untuk menjaga keseimbangan alam serta kehidupan masyarakat yang sangat sesuai dengan visi misi besar Pemkab.
"Pemerintah sangat peduli tentang keberadaan subak dan pekaseh di Bali, khususnya di Tabanan. Kita tidak mungkin hadir di tengah-tengah krama subak dan pekaseh kalau tidak ada hati kita disini. Ini adalah spirit sekaligus dukungan kita terhadap kelestarian tradisi, seni, adat dan budaya yang ada di Bali," kata Sanjaya di Tabanan, Minggu.
I Komang Gede Sanjaya mengatakan, sembahyang bersama krama subak serta pekaseh Tabanan mencerminkan hubungan erat antara pemerintah daerah dan komunitas pertanian.
"Sembahyang bersama ini dapat menjadi wujud dukungan spiritual dan sosial dari pemerintah terhadap keberlanjutan subak, serta memperkuat rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menjaga sistem irigasi dan keberlanjutan pertanian di Tabanan," imbuhnya.
Baca juga: Jembrana segera miliki Sentra Pengolahan Beras Terpadu untuk topang ketahanan pangan
Bupati menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Ketua DPRD Bali dan seluruh pihak terkait yang turut serta dalam menggelar kegiatan ini serta Tjokorda Anglurah Tabanan yang tetap konsisten dan tidak mau meninggalkan jati dirinya di tengah-tengah pelestarian adat agama dan budaya, meliputi 428 subak dan subak abian di Tabanan.
"Kenapa ini perlu dijaga, karena sejarah mencatat bahwa alam di Tabanan dari sembilan Kabupaten/Kota yang ada di Bali, hanya Tabanan yang masyarakatnya sangat konsen dan memegang teguh dunia persubakan hingga sangat peduli dengan alam pertanian. Tidak salah di Tabanan disebut lumbung pangannya Bali," tambah Sanjaya.
Sementara itu, Ketua DPRD Provinsi Bali, Adi Wiryatama, menyampaikan kebanggaannya, bahwa subak yang utuh hanya ada di Kabupaten Tabanan. Bukan hanya pengurus, namun krama/masyarakat dengan Pemerintah Daerah masih kompak bersatu mempertahankan tradisi adiluhung warisan leluhur pendahulu.
Hal ini juga ditandai dengan kondisi alam Tabanan yang sangat berpotensi dalam mengembangkan sektor pertanian yang menjadi profesi mayoritas masyarakat Tabanan.
Baca juga: Program ketahanan pangan Pemkab Tabanan produksi padi organik
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023