Bank Indonesia (BI) mematok angka pertumbuhan ekonomi pada level 5 persen untuk tahun depan dalam rencana anggaran tahunan BI (RATBI) 2024.

“Kami sampaikan pertumbuhan ekonomi domestik pada 2024 kami perkirakan dapat mencapai 5 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.

Prediksi tersebut lebih rendah dibandingkan prognosa pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,01 persen. Pada 2024, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan dipengaruhi oleh permintaan domestik, terutama kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sementara itu, inflasi diperkirakan sebesar 3,2 persen pada tahun depan, lebih tinggi dari prognosa 2023 yang sebesar 2,84 persen. Peningkatan pada proyeksi tersebut mempertimbangkan permintaan yang masih baik dan dampak dari nilai tukar rupiah yang lebih lemah.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan sebesar Rp15.510, lebih tinggi dari prognosa 2023 sebesar Rp15.280.

Prognosa nilai tukar rupiah pada 2023 yang lebih rendah dibanding prakiraan awal ATBI 2023 disebabkan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. Meski begitu, kinerja nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global.

Sementara ke depan, Perry memperkirakan kondisi keuangan global akan berangsur-angsur membaik sehingga berpengaruh pada meningkatnya kinerja rupiah.

“Rupiah menguat dari kondisi yang sekarang, karena dengan harapan kondisi global akan berangsur-angsur mereda dan berpengaruh pada kembalinya aliran modal kepada negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Perry.

Perry menjelaskan asumsi makro BI mempertimbangkan enam kondisi global, yaitu pertumbuhan yang melambat, inflasi tinggi, higher for longer suku bunga, penguatan dolar AS, hingga cash is the king yang berimplikasi pada kondisi ekonomi dalam negeri.

Sebagai informasi, asumsi makro BI berbeda dengan asumsi makro pemerintah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

Dalam UU APBN 2024, Pemerintah dengan DPR RI menyepakati asumsi dasar makro pada APBN 2024, yang mencakup pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen, inflasi terkendali sebesar 2,8 persen, dan nilai tukar rupiah Rp15.000 per dolar AS.

Selain itu, pemerintah juga mematok asumsi makro untuk suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebesar 6,7 persen, ICP 82 dolar AS per barel, serta lifting minyak 635 ribu barel per hari dan lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.

 


Baca juga: Proyeksi ekonomi Indonesia yang membaik tahan pelemahan rupiah

Baca juga: Ekonomi Indonesia tangguh di tengah pelemahan global

Baca juga: BPS laporkan ekonomi Indonesia tumbuh 4,94 persen pada kuartal III-2023
 

Pewarta: Imamatul Silfia

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023