Forum Komunikasi (Forkom) Desa Wisata Bali mengusulkan agar tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS3R) cukup dibangun per kecamatan, bukan per desa.

“Saya pikir nanti ke depan TPS3R cukup satu unit tiap kecamatan dan sisanya (sampah tiap desa) diambil unit-unit, usulan desa wisata ya,” kata Ketua Forkom Desa Wisata Bali I Made Mendra Astawa saat ditemui dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda festival Jimbafest di Badung, Sabtu.

Mendra menjelaskan bahwa pemerintah daerah sudah membuat kebijakan terkait pembentukan TPS3R, di mana tiap desa dapat mengajukan anggaran dan 25 persen dari 238 desa wisata di Pulau Dewata sudah mulai menjalankan strategi penanganan sampah satu itu.

Namun, yang luput dari perhatian adalah kajian sebelum berani memastikan bahwa desa siap memiliki tempat pengolahan sampah, karena selama ini banyak desa yang kapasitas alat pengolahannya lebih besar dari debit sampah masyarakatnya.

“Ternyata pada tahun pertama berhasil tapi tahun kedua sudah tidak bisa pembiayaan karena jumlah sampah kita tidak sebesar yang di kota,” ujarnya.

Baca juga: Pemda Bali optimalkan TPST yang ada sambil bangun baru

Adapun desa yang kurang dalam hal memaksimalkan TPS3R menurutnya adalah mereka yang tersentuh pariwisata langsung, apalagi tiap desa memiliki tujuan akhirnya sendiri soal sampah.

Mendra mencontohkan desa wisata Pinge di Tabanan, di mana desa tersebut membangun desa yang bersih bukan untuk pariwisata atau wisatawan namun untuk diri sendiri, sementara desa lainnya berbondong-bondong ingin bersih demi mendatangkan wisatawan.

Selain itu menurut Mendra setelah berakhirnya pandemi COVID-19 masyarakat desa kembali mengadu nasib di sektor pariwisata, di sana mereka mendapat hasil yang lebih menjanjikan daripada menangani sampah, pun jikalau ada kemampuan, sumber daya manusia yang mahir dengan sampah juga minim.

Ketua Forkom Desa Wisata Bali itu mengatakan sepakat dengan niat baik pemerintah daerah dalam menyiapkan lahan lokasi tempat pengolahan karena lahan desa sendiri sudah semakin terbatas, tetapi paling penting menurutnya adalah memberi pemahaman rutin kepada masyarakat.

Baca juga: Pemkab Klungkung danai pembangunan TPS3R sebesar Rp500 juta

Di samping TPS3R masih ada upaya pemilahan sampah, sehingga kesadaran mengenai apa itu bersih, indah, tertib, aman, nyaman, dan memberi kenangan harus terpola.

“Upayanya tidak hanya sekali, harus dilakukan berkelanjutan dan di sini karena menyangkut masyarakat desa tidak seperti kota jadi penyadarannya harus ketok tular terus menerus,” ujar Mendra.

Meski demikian, kebijakan pemerintah daerah membangun TPS3R di tiap desa juga tak sepenuhnya buruk, beberapa desa wisata berhasil memaksimalkan pengolahan tersebut kata dia.

Forkom Desa Wisata Bali mencatat keberhasilan ada di Desa Pakse Bali Klungkung dan Desa Taro Gianyar, di mana desa tersebut mengolah sampah dengan kapasitas sesuai dan hasil pengolahannya dimanfaatkan kembali menjadi arang.

“Ada juga Desa Sudaji Buleleng, mereka berhasil cuma sampahnya kurang, Desa Pinge juga mesinnya besar, jadi saya katakan pikirkan kembali, harus ada kajian khusus jangan diserahkan begitu saja, semua orang pasti ingin membersihkan sampah tapi harus pikir bagaimana keberlanjutannya,” kata Mendra.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023