Umat Islam di Bali menggelar tradisi Ngejot atau berbagi daging hewan kurban ke penganut agama lain saat Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah.
Tradisi ini dijalankan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Bali yang menyembelih 115 ekor sapi dan 244 ekor kambing yang sebagiannya juga diberikan ke umat beragama di sekitarnya.
“Semua kita bagi rata, ketentuan hewan kurban dalam Al Quran adalah orang yang meminta maupun tidak meminta dalam bersosial masyarakat perlu kita bagikan, termasuk ngejot mulai lingkungan terdekat dulu yang lainnya sesuai permintaan,” kata Wakil Ketua LDII Bali Haji Harlan di Denpasar, Kamis.
Dari target membagi seluruh daging kurban dalam 10 ribu paket, sekitar 400 paket akan dibagikan untuk warga sekitar Kantor LDII Bali di Padangsambian, Denpasar Barat.
“Jadi kita ini lintas agama tidak melihat muslim saja, pokoknya sesama terutama lingkungan LDII kita perhatikan. Itu juga tidak lepas dari masukan kepala lingkungan ada datanya,” ujar Harlan.
Tradisi Ngejot sendiri bukan hal baru di LDII Bali, lantaran kebiasaan ini berjalan sejak tahun 2000-an dan sempat tren tahun 2012.
Ngejot disebut sebagai konsep menyama braya atau persaudaraan, di mana terbangun sinergi antar-masyarakat yang tak hanya terlihat saat Idul Adha namun juga saat upacara agama lain.
LDII Bali berharap dengan kegiatan ini dapat terus menjaga tali silaturahmi di lingkungan sekitar sehingga kebutuhan dan kesulitan dapat dilalui bersama.
Usai proses penyembelihan sapi dan kambing kurban, penyelenggara langsung membagikan daging dalam paket-paket anyaman yang berisi daging sekitar 1,5 kilogram.
Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Udayana Gheasella menyampaikan untuk masyarakat yang menerima daging kurban agar mengolahnya dengan baik.
“Pertama itu saat dibagikan jangan langsung dicuci tapi langsung dimasak karena kalau dicuci takutnya waktu mencuci itu bakterinya menyebar jadi terjadi zoonosis dan aliran airnya tidak tahu bakterinya ke mana. Lebih baik dimasukkan ke panci lalu dimasak selama 30 menit setelah itu baru bisa dikonsumsi,” tuturnya.
Salah satu warga Bali penerima daging kurban adalah Anak Agung Ngurah yang merupakan umat Hindu.
Kepada media, Ngurah mengaku tak mempermasalahkan kegiatan-kegiatan umat Muslim yang ada di lingkungan rumahnya, bahkan ia justru senang berada di daerah tersebut.
“Terima kasih, kegiatan ini harus nyambung terus, luar biasa ini tidak membedakan kita, karena kita sudah ditanamkan dilahirkan seperti ini dengan agama ini,” tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Tradisi ini dijalankan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Bali yang menyembelih 115 ekor sapi dan 244 ekor kambing yang sebagiannya juga diberikan ke umat beragama di sekitarnya.
“Semua kita bagi rata, ketentuan hewan kurban dalam Al Quran adalah orang yang meminta maupun tidak meminta dalam bersosial masyarakat perlu kita bagikan, termasuk ngejot mulai lingkungan terdekat dulu yang lainnya sesuai permintaan,” kata Wakil Ketua LDII Bali Haji Harlan di Denpasar, Kamis.
Dari target membagi seluruh daging kurban dalam 10 ribu paket, sekitar 400 paket akan dibagikan untuk warga sekitar Kantor LDII Bali di Padangsambian, Denpasar Barat.
“Jadi kita ini lintas agama tidak melihat muslim saja, pokoknya sesama terutama lingkungan LDII kita perhatikan. Itu juga tidak lepas dari masukan kepala lingkungan ada datanya,” ujar Harlan.
Tradisi Ngejot sendiri bukan hal baru di LDII Bali, lantaran kebiasaan ini berjalan sejak tahun 2000-an dan sempat tren tahun 2012.
Ngejot disebut sebagai konsep menyama braya atau persaudaraan, di mana terbangun sinergi antar-masyarakat yang tak hanya terlihat saat Idul Adha namun juga saat upacara agama lain.
LDII Bali berharap dengan kegiatan ini dapat terus menjaga tali silaturahmi di lingkungan sekitar sehingga kebutuhan dan kesulitan dapat dilalui bersama.
Usai proses penyembelihan sapi dan kambing kurban, penyelenggara langsung membagikan daging dalam paket-paket anyaman yang berisi daging sekitar 1,5 kilogram.
Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Udayana Gheasella menyampaikan untuk masyarakat yang menerima daging kurban agar mengolahnya dengan baik.
“Pertama itu saat dibagikan jangan langsung dicuci tapi langsung dimasak karena kalau dicuci takutnya waktu mencuci itu bakterinya menyebar jadi terjadi zoonosis dan aliran airnya tidak tahu bakterinya ke mana. Lebih baik dimasukkan ke panci lalu dimasak selama 30 menit setelah itu baru bisa dikonsumsi,” tuturnya.
Salah satu warga Bali penerima daging kurban adalah Anak Agung Ngurah yang merupakan umat Hindu.
Kepada media, Ngurah mengaku tak mempermasalahkan kegiatan-kegiatan umat Muslim yang ada di lingkungan rumahnya, bahkan ia justru senang berada di daerah tersebut.
“Terima kasih, kegiatan ini harus nyambung terus, luar biasa ini tidak membedakan kita, karena kita sudah ditanamkan dilahirkan seperti ini dengan agama ini,” tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023