Denpasar (Antara Bali) - Insan media di Denpasar, Bali, Rabu malam mendoakan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam kegiatan yang dimotori oleh Aliansi Jurnalis Independen.

Pada kegiatan perayaan Natal dan Tahun Baru 2010, doa untuk tokoh disebut multikulturalisme tersebut dilakukan bersama dengan menyalakan lilin.

Ketua AJI Denpasar Rofiqi Hasan mengatakan, kegiatan peringatan hari besar agama itu memang dilakukan oleh AJI untuk semua agama. Hal itu bertujuan untuk menunjukkan kebersamaan dalam perbedaan.

"Karena sekarang bertepatan dengan peristiwa wafatnya tokoh multikulutralisme, maka kita juga memanjatkan doa buat Gus Dur. Kegitan semacam ini juga meneruskan perjuangan Gus Dur yang mengusung semangat pluralisme," katanya.

Pengasuh Ashram Gandhi Puri Klungkung, BR Indra Udayana yang juga hadir dalam kegiatan itu banyak bercerita mengenai kenangan bersama Gus Dur, baik saat menjadi presiden maupun sesudah dan sebelumnya.

"Gus Dur telah memberikan contoh bagaimana kita bisa hidup bersama dalam perbedaan. Beberapa bulan sebelum wafat, Gus Dur sempat datang dan menginap di Ashram Gandhi Puri. Saat itu beliau mengatakan, mungkin untuk terakhir kalinya ke asrham," kata lelaki yang akrab disapa Gus Indra itu.

Ia mengatakan, setelah tidak menjadi presiden, Gus Dur juga beberapa kali datang dan menginap di ashram itu. Karena Gus Dur tidak mau dengan kehidupan protokoler sebagai mantan presiden, Gus Indra ditegur oleh kepolisian.

"Petugas Polsek baru tahu kalau ada Gus Dur, setelah menginap semalam. Petugas Polsek ternyata ditelepon dari Jakarta untuk menjaga Gus Dur. Mohon maaf juga karena saya tidak tahu tentang aturan itu," katanya.

Kegiatan itu dihadiri oleh Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar, Kapendam IX/Udayana Letkol (CAJ) IB Gaga Ardhana, Komandan Pangkalan TNI AU Ngurah Rai Letkol (Pnb) Aldrin P. Mongan serta sejumlah advokat di Denpasar. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010