Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Bali akan mengantisipasi kemacetan lalu lintas yang terjadi saat malam pawai ogoh-ogoh atau Hari Pangerupukan, sehari sebelum Hari Suci Nyepi, karena akan dibarengi dengan masyarakat yang ingin mudik ke kabupaten/kota asal.
Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dishub Bali I Putu Sutaryana di Denpasar, Kamis, menyampaikan kemacetan di malam pawai ogoh-ogoh kerap kali terjadi, apalagi tahun 2023 Bali mulai pulih sehingga diprediksi ramai, didukung pula dengan adanya festival ogoh-ogoh yang digelar pemerintah daerah.
"Kadang-kadang masyarakat Bali di Denpasar itu kan bukan dari penduduk Denpasar saja. Jadi terkadang belum selesai Pangerupukan (malam pawai ogoh-ogoh) mereka mudik pulang kampung ke Tabanan, Karangasem, dan lain-lain, di sana ada kemacetan yang perlu kita bantu nanti," kata dia.
Kepada media, Sutaryana menjelaskan pihaknya di dinas perhubungan kabupaten/kota dibantu oleh desa adat. akan bersiaga agar masyarakat Bali yang hendak pulang kampung merayakan Nyepi dapat selamat sampai tujuan.
Umumnya, masyarakat Hindu di Bali yang ingin merayakan Nyepi di kampung halaman akan berangkat sebelum Hari Pangerupukan, namun tidak sedikit yang memilih untuk tetap di perantauan menyaksikan pawai ogoh-ogoh.
Kata pejabat Dishub Bali tersebut, waktu yang kerap dipilih pemudik adalah sekitar pukul 22.00 Wita, dan daerah dengan kemacetan tertinggi berada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
"Kadang ada saja muda-mudi itu kan yang masih di jalan minum (minuman keras). Kita kalau bawa mobil macet, itu yang mungkin perlu kita koordinasikan dishub kabupaten/kota bersama prajuru desa adat dan pecalang supaya tidak mengganggu keamanan lalu lintas, kalau terjadi kecelakaan kan berat juga," tuturnya.
Ditambah lagi festival terkait ogoh-ogoh baru kembali digelar tahun ini setelah kebijakan PPKM pandemi COVID-19 dicabut oleh pemerintah pusat, bersamaan dengan tumbuhnya pariwisata di Pulau Dewata, sehingga Dishub Bali mengaku siap apabila ada hal lain yang harus diantisipasi.
"Pada intinya tetap kita koordinasi bagaimana menjaga Bali sama-sama untuk Nyepi, kan ini setahun sekali agar nanti setelah itu tidak ada kekisruhan lah. Apalagi sekarang ekonomi Bali kan baru berkembang, kalau setelah Nyepi ada keributan kasihan wisatawan nanti," kata Sutaryana.
Tak berhenti di sana, Dishub Bali dan jajaran di kabupaten/kota juga akan memastikan setelah proses mengarak ogoh-ogoh, tak ada sisa ogoh-ogoh yang terbengkalai di jalan dan menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Terkait Hari Pangerupukan ia mengimbau agar masyarakat Bali menjaga citra dengan tidak membuat keributan yang dapat berdampak ke upaya pemulihan ekonomi menuju endemi Covid-19.
Hari Suci Nyepi Cakka 1945 sendiri jatuh pada hari Rabu (22/3), sehingga Hari Pangerupukan berlangsung satu hari sebelumnya.
Sementara untuk arus balik, Dishub Bali memprediksi akan terjadi pada Kamis (23/3) di sore hari, dimana pada hari tersebut masyarakat akan berlibur ke tempat wisata memanfaatkan cuti bersama perayaan Hari Suci Nyepi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dishub Bali I Putu Sutaryana di Denpasar, Kamis, menyampaikan kemacetan di malam pawai ogoh-ogoh kerap kali terjadi, apalagi tahun 2023 Bali mulai pulih sehingga diprediksi ramai, didukung pula dengan adanya festival ogoh-ogoh yang digelar pemerintah daerah.
"Kadang-kadang masyarakat Bali di Denpasar itu kan bukan dari penduduk Denpasar saja. Jadi terkadang belum selesai Pangerupukan (malam pawai ogoh-ogoh) mereka mudik pulang kampung ke Tabanan, Karangasem, dan lain-lain, di sana ada kemacetan yang perlu kita bantu nanti," kata dia.
Kepada media, Sutaryana menjelaskan pihaknya di dinas perhubungan kabupaten/kota dibantu oleh desa adat. akan bersiaga agar masyarakat Bali yang hendak pulang kampung merayakan Nyepi dapat selamat sampai tujuan.
Umumnya, masyarakat Hindu di Bali yang ingin merayakan Nyepi di kampung halaman akan berangkat sebelum Hari Pangerupukan, namun tidak sedikit yang memilih untuk tetap di perantauan menyaksikan pawai ogoh-ogoh.
Kata pejabat Dishub Bali tersebut, waktu yang kerap dipilih pemudik adalah sekitar pukul 22.00 Wita, dan daerah dengan kemacetan tertinggi berada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
"Kadang ada saja muda-mudi itu kan yang masih di jalan minum (minuman keras). Kita kalau bawa mobil macet, itu yang mungkin perlu kita koordinasikan dishub kabupaten/kota bersama prajuru desa adat dan pecalang supaya tidak mengganggu keamanan lalu lintas, kalau terjadi kecelakaan kan berat juga," tuturnya.
Ditambah lagi festival terkait ogoh-ogoh baru kembali digelar tahun ini setelah kebijakan PPKM pandemi COVID-19 dicabut oleh pemerintah pusat, bersamaan dengan tumbuhnya pariwisata di Pulau Dewata, sehingga Dishub Bali mengaku siap apabila ada hal lain yang harus diantisipasi.
"Pada intinya tetap kita koordinasi bagaimana menjaga Bali sama-sama untuk Nyepi, kan ini setahun sekali agar nanti setelah itu tidak ada kekisruhan lah. Apalagi sekarang ekonomi Bali kan baru berkembang, kalau setelah Nyepi ada keributan kasihan wisatawan nanti," kata Sutaryana.
Tak berhenti di sana, Dishub Bali dan jajaran di kabupaten/kota juga akan memastikan setelah proses mengarak ogoh-ogoh, tak ada sisa ogoh-ogoh yang terbengkalai di jalan dan menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Terkait Hari Pangerupukan ia mengimbau agar masyarakat Bali menjaga citra dengan tidak membuat keributan yang dapat berdampak ke upaya pemulihan ekonomi menuju endemi Covid-19.
Hari Suci Nyepi Cakka 1945 sendiri jatuh pada hari Rabu (22/3), sehingga Hari Pangerupukan berlangsung satu hari sebelumnya.
Sementara untuk arus balik, Dishub Bali memprediksi akan terjadi pada Kamis (23/3) di sore hari, dimana pada hari tersebut masyarakat akan berlibur ke tempat wisata memanfaatkan cuti bersama perayaan Hari Suci Nyepi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023