Pemerintah Kota Denpasar, Bali, bakal menerapkan metode inovasi wolbachia yang sudah terbukti berhasil diterapkan di sejumlah negara untuk menekan kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerah setempat.
"Adanya teknologi inovasi wolbachia yang sudah dilakukan di beberapa negara, dan salah satunya juga di Klaten, Yogyakarta, terbukti dapat menurunkan kasus DBD hingga 77 persen," kata Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara di Denpasar, Rabu.
Jaya Negara menyampaikan itu saat membuka Sosialisasi Rencana Implementasi Inovasi Wolbachia yang diikuti Forkopimda Denpasar, kepala puskesmas, bandesa (pemimpin) adat serta perbekel (kepala desa) dan lurah se-Kota Denpasar.
Untuk penerapan dan inovasi wolbachia tersebut, Denpasar akan bersama World Mosquito Program (WMP), Monash University, dan Konsulat Jenderal Australia.
Jaya Negara mengatakan setiap tahun Pemerintah Kota Denpasar telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menanggulangi DBD, hal ini dilaksanakan dengan pembinaan kader jumantik di masing-masing banjar, pelaksanaan fogging fokus dan larvasidasi.
Upaya strategis yang telah terbukti efisien dan efektif dalam pemberantasan penyakit DBD yakni melalui pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypti di tempat perkembangbiakannya.
Baca juga: Denpasar dan Mossel Bay Afrika Selatan teken MoU "sister city"
Hal ini dilaksanakan dengan pengaktifan jumantik mandiri "satu rumah satu jumantik" dan PSN3M (Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang atau Menyingkirkan) oleh seluruh komponen masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan.
Meski demikian, Jaya Negara mengakui segala upaya tersebut belum serta merta mampu menurunkan kasus DBD secara signifikan di Kota Denpasar.
"Adanya teknologi inovasi wolbachia yang sudah di lakukan di beberapa negara, dan salah satunya juga di Daerah Klaten, Yogyakarta, telah terbukti dapat menurunkan kasus DBD sampai dengan 77 persen," ujarnya.
Kegiatan ini sangat mungkin diterapkan di Kota Denpasar sehingga secara progresif akan menurunkan kasus DBD di Kota Denpasar.
Anggota Komisi IX DPR Ketut Kariasa Adnyana menyampaikan Provinsi Bali yang merupakan salah satu daerah yang bertumpu pada pariwisata sangat rentan dengan isu keamanan dan kesehatan.
"Ke depan tantangan akan semakin berat, kesehatan akan menjadi sesuatu yang sangat disorot, karena menjadi salah satu parameter penentu kunjungan wisatawan.
Baca juga: Target tiga TPST di Denpasar olah sampah 450 ton per hari
Saat ini digelar sosialisasi awal dan akan terus digelar sepenuhnya dengan menyasar semua kecamatan hingga desa/lurah untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat, dan memberikan dampak signifikan dalam mengatasi penyebaran DBD.
Perwakilan WMP Claudia Surjadjaja menyampaikan Inovasi Wolbachia merupakan salah satu bakteri alami yang hidup atau terdapat pada hampir 60 persen jenis serangga yang ada di sekitar kita, seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia.
Wolbachia ini merupakan bakteri yang aman bagi manusia dan lingkungan. "Melalui bakteri wolbachia yang diambil dari serangga dan dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti nantinya akan menghambat virus dengue penyebab DBD, jadi ini merupakan aman untuk manusia," ucapnya.
Nantinya nyamuk yang telah mengandung wolbachia akan disebar untuk selanjutnya berkembang biak secara alami. Sehingga diharapkan nantinya seluruh nyamuk telah memiliki kandungan wolbachia yang mampu menghambat virus dengue penyebab DBD.
"Tentunya kami mohon dukungan masyarakat, selain PSN dan 3M Plus yang telah berjalan, kami juga meminta peran serta aktif masyarakat untuk mensukseskan inovasi wolbachia. Tanpa masyarakat, program ini tidak akan berhasil. Ini diharapkan dapat menjadi percontohan menuju Bali bebas DBD," ujarnya.
Konjen Australia Anthea Griffin mengatakan Pemerintah Australia sangat senang dapat mendukung Inovasi Wolbachia ini dan menjadi sebuah kebanggaan program ini berjalan di Bali, khususnya di Kota Denpasar untuk mencegah DBD berkelanjutan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Adanya teknologi inovasi wolbachia yang sudah dilakukan di beberapa negara, dan salah satunya juga di Klaten, Yogyakarta, terbukti dapat menurunkan kasus DBD hingga 77 persen," kata Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara di Denpasar, Rabu.
Jaya Negara menyampaikan itu saat membuka Sosialisasi Rencana Implementasi Inovasi Wolbachia yang diikuti Forkopimda Denpasar, kepala puskesmas, bandesa (pemimpin) adat serta perbekel (kepala desa) dan lurah se-Kota Denpasar.
Untuk penerapan dan inovasi wolbachia tersebut, Denpasar akan bersama World Mosquito Program (WMP), Monash University, dan Konsulat Jenderal Australia.
Jaya Negara mengatakan setiap tahun Pemerintah Kota Denpasar telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menanggulangi DBD, hal ini dilaksanakan dengan pembinaan kader jumantik di masing-masing banjar, pelaksanaan fogging fokus dan larvasidasi.
Upaya strategis yang telah terbukti efisien dan efektif dalam pemberantasan penyakit DBD yakni melalui pemberantasan jentik nyamuk aedes aegypti di tempat perkembangbiakannya.
Baca juga: Denpasar dan Mossel Bay Afrika Selatan teken MoU "sister city"
Hal ini dilaksanakan dengan pengaktifan jumantik mandiri "satu rumah satu jumantik" dan PSN3M (Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang atau Menyingkirkan) oleh seluruh komponen masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan.
Meski demikian, Jaya Negara mengakui segala upaya tersebut belum serta merta mampu menurunkan kasus DBD secara signifikan di Kota Denpasar.
"Adanya teknologi inovasi wolbachia yang sudah di lakukan di beberapa negara, dan salah satunya juga di Daerah Klaten, Yogyakarta, telah terbukti dapat menurunkan kasus DBD sampai dengan 77 persen," ujarnya.
Kegiatan ini sangat mungkin diterapkan di Kota Denpasar sehingga secara progresif akan menurunkan kasus DBD di Kota Denpasar.
Anggota Komisi IX DPR Ketut Kariasa Adnyana menyampaikan Provinsi Bali yang merupakan salah satu daerah yang bertumpu pada pariwisata sangat rentan dengan isu keamanan dan kesehatan.
"Ke depan tantangan akan semakin berat, kesehatan akan menjadi sesuatu yang sangat disorot, karena menjadi salah satu parameter penentu kunjungan wisatawan.
Baca juga: Target tiga TPST di Denpasar olah sampah 450 ton per hari
Saat ini digelar sosialisasi awal dan akan terus digelar sepenuhnya dengan menyasar semua kecamatan hingga desa/lurah untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat, dan memberikan dampak signifikan dalam mengatasi penyebaran DBD.
Perwakilan WMP Claudia Surjadjaja menyampaikan Inovasi Wolbachia merupakan salah satu bakteri alami yang hidup atau terdapat pada hampir 60 persen jenis serangga yang ada di sekitar kita, seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia.
Wolbachia ini merupakan bakteri yang aman bagi manusia dan lingkungan. "Melalui bakteri wolbachia yang diambil dari serangga dan dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti nantinya akan menghambat virus dengue penyebab DBD, jadi ini merupakan aman untuk manusia," ucapnya.
Nantinya nyamuk yang telah mengandung wolbachia akan disebar untuk selanjutnya berkembang biak secara alami. Sehingga diharapkan nantinya seluruh nyamuk telah memiliki kandungan wolbachia yang mampu menghambat virus dengue penyebab DBD.
"Tentunya kami mohon dukungan masyarakat, selain PSN dan 3M Plus yang telah berjalan, kami juga meminta peran serta aktif masyarakat untuk mensukseskan inovasi wolbachia. Tanpa masyarakat, program ini tidak akan berhasil. Ini diharapkan dapat menjadi percontohan menuju Bali bebas DBD," ujarnya.
Konjen Australia Anthea Griffin mengatakan Pemerintah Australia sangat senang dapat mendukung Inovasi Wolbachia ini dan menjadi sebuah kebanggaan program ini berjalan di Bali, khususnya di Kota Denpasar untuk mencegah DBD berkelanjutan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023