Nusa Dua (Antara Bali) - PT Philips Indonesia ingin menyasar pasar perhotelan di Bali dengan penggunaan teknologi lampu bersistem "light emitting diode" (LED) untuk hemat energi disamping juga untuk mendukung pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) melalui program keringanan biaya pembayaran.
"Biasanya yang menjadi masalah bagi hotel yakni biaya investasi di awal, disitu Philips misalnya akan memasang lampu LED. Kemudian pembayarannya bisa dicicil melalui biaya penghematan listriknya itu," kata Green Marketing and Product Manager for Lightning Switch and System PT Philips Indonesia, Sinta Marino, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurutnya untuk beralih ke teknologi ini biaya investasi awal untuk satu lampu "LED" dihargai bisa lima kali lipat dari lampu konvensional.
Sehingga sejak tahun 2010 melalui program "Turnkey Project and Services" (TP&S), yakni perusahaan diberikan kemudahan untuk tidak membayar biaya investasi awal, tetapi hanya membayar penghematan yang dicapai per bulannya.
Jumlah penghematan dengan menggunakan lampu LED tersebut digunakan untuk membayar cicilan biaya investasi yang bisa ditempuh dalam jangka waktu dua hingga tiga tahun. Program tersebut kata Sinta, telah dijalani oleh sebuah "supermarket" di Kota Depok.
Sementara itu pengamat pariwisata, I Gede Ardika mengatakan permasalahan pemanasan global yang saat ini menghantui dunia menyebabkan semua pihak melakukan terobosan dalam melakukan penghematan energi.
Penghematan energi itupun bisa dilakukan pada setiap sektor salah satunya pariwisata untuk mewujudkan kepariwisataan yang berkelanjutan dan hijau (sustainable and green tourism).
"Dampak dari penggunaan sumber daya efisien yakni dapat mengurangi penggunaan bahan bakar sebagai bahan baku penggerak untuk mengolah energi listrik," kata Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata itu.(DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Biasanya yang menjadi masalah bagi hotel yakni biaya investasi di awal, disitu Philips misalnya akan memasang lampu LED. Kemudian pembayarannya bisa dicicil melalui biaya penghematan listriknya itu," kata Green Marketing and Product Manager for Lightning Switch and System PT Philips Indonesia, Sinta Marino, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Rabu.
Menurutnya untuk beralih ke teknologi ini biaya investasi awal untuk satu lampu "LED" dihargai bisa lima kali lipat dari lampu konvensional.
Sehingga sejak tahun 2010 melalui program "Turnkey Project and Services" (TP&S), yakni perusahaan diberikan kemudahan untuk tidak membayar biaya investasi awal, tetapi hanya membayar penghematan yang dicapai per bulannya.
Jumlah penghematan dengan menggunakan lampu LED tersebut digunakan untuk membayar cicilan biaya investasi yang bisa ditempuh dalam jangka waktu dua hingga tiga tahun. Program tersebut kata Sinta, telah dijalani oleh sebuah "supermarket" di Kota Depok.
Sementara itu pengamat pariwisata, I Gede Ardika mengatakan permasalahan pemanasan global yang saat ini menghantui dunia menyebabkan semua pihak melakukan terobosan dalam melakukan penghematan energi.
Penghematan energi itupun bisa dilakukan pada setiap sektor salah satunya pariwisata untuk mewujudkan kepariwisataan yang berkelanjutan dan hijau (sustainable and green tourism).
"Dampak dari penggunaan sumber daya efisien yakni dapat mengurangi penggunaan bahan bakar sebagai bahan baku penggerak untuk mengolah energi listrik," kata Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata itu.(DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012