Denpasar (Antara Bali) - Industri Bank Perkreditan Rakyat di Bali terus menambah pembiayaan sektor perumahan seiring tingginya permintaan sehingga mengalami pertumbuhan sangat tinggi.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Bali, Ketut Wiratjana, Selasa, mengatakan pada triwulan III/2012, kredit sektor konstruksi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat memiliki pertumbuhan terbesar.
Pertumbuhan itu mendorong share kredit konstruksi dari 0,53 persen menjadi 5,30 persen dalam satu tahun. Pertumbuhan tersebut diprediksi meningkat tajam karena beberapa BPR mulai terlibat pembiayaan usaha pengembangan perumahan.
"Hal tersebut dilakukan seiring dengan pertumbuhan permintaan pasar dan tingginya angka pertumbuhan ekonomi di Bali," katanya.
Untuk menghitung risiko kredit dengan jangka waktu yang terhitung lama BPR masih akan berpedoman seperti yang diterapkan bank umum lainnya untuk menghitung risiko kredit. Risiko itu digunakan untuk menahan angka nonperforming loan (NPL) agar tetap dibawah lima persen.
Peningkatan kredit yang cukup kuat ini lebih didukung dengan strategi pemasaran kredit BPR yang menjangkau daerah dan segmen yang kurang dilayani oleh bank umum dengan mengopimalkan pendekatan langsung.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Bali, Ketut Wiratjana, Selasa, mengatakan pada triwulan III/2012, kredit sektor konstruksi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat memiliki pertumbuhan terbesar.
Pertumbuhan itu mendorong share kredit konstruksi dari 0,53 persen menjadi 5,30 persen dalam satu tahun. Pertumbuhan tersebut diprediksi meningkat tajam karena beberapa BPR mulai terlibat pembiayaan usaha pengembangan perumahan.
"Hal tersebut dilakukan seiring dengan pertumbuhan permintaan pasar dan tingginya angka pertumbuhan ekonomi di Bali," katanya.
Untuk menghitung risiko kredit dengan jangka waktu yang terhitung lama BPR masih akan berpedoman seperti yang diterapkan bank umum lainnya untuk menghitung risiko kredit. Risiko itu digunakan untuk menahan angka nonperforming loan (NPL) agar tetap dibawah lima persen.
Peningkatan kredit yang cukup kuat ini lebih didukung dengan strategi pemasaran kredit BPR yang menjangkau daerah dan segmen yang kurang dilayani oleh bank umum dengan mengopimalkan pendekatan langsung.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012