Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Bali IGMB Dwikora Putra mengajak insan pers atau media di daerah itu untuk tetap optimistis dalam menghadapi sejumlah tantangan di era digital.

"Banyak insan media yang pesimis menghadapi tantangan di era digital," kata Dwikora dalam Diskusi Akhir Tahun 2022 PWI Bali di Denpasar, Jumat.

Melalui diskusi yang bertemakan "Pers di Era Digital, Siapa Takut?" itu, pihaknya berharap pekerja media tidak takut menghadapi tantangan, sebaliknya harus bisa membaca peluang di era digitalisasi.

Diskusi itu menjadi refleksi bagi kalangan pers dalam menghadapi tantangan ke depan. "Era digital mengharuskan media beradaptasi dengan perkembangan teknologi kalau tidak ingin tergerus," ujar Pemimpin Redaksi Harian Warta Bali ini.

Diskusi menghadirkan tiga narasumber yakni I Nyoman Wirata (Dewan Kehormatan Provinsi PWI Bali), I Wayan Suyadnya (pendiri Harian Media Bali) dan Dr Nengah Muliarta (akademisi) yang dipandu oleh Arief Wibisono (Wakil Ketua PWI Bali Bidang Pendidikan).

Baca juga: Gubernur Bali: Anggota PWI miliki peran vital informasikan pembangunan

Selanjutnya Dewan Kehormatan Provinsi PWI Bali Nyoman Wirata mengatakan dalam menjaga eksistensi media di era kekinian perlu untuk menjaga kredibilitas profesi.

"Lakukan kontrol dan evaluasi setiap saat melalui proses manajemen dan yang penting bagaimana optimisme itu harus tetap diperjuangkan," ujarnya.

Insan media, kata Wirata, harus tetap berpegang teguh pada etika profesi dan jangan sampai ternodai hanya untuk kepentingan sesaat, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kita tersingkir dari profesi sebagai wartawan.

Ia menyebut setidaknya ada lima yang tidak boleh diabaikan pers pada era sekarang yakni dari sisi konten yang berkarakter, manajemen yang baik, memperluas jaringan, tetap berpegang pada etika profesi dan kreativitas.

Sedangkan Wayan Suyadnya, dalam diskusi ini mengungkapkan mengapa dirinya optimistis mampu mendirikan perusahaan media "Media Bali" meskipun di tengah-tengah rumor yang meragukan kiprahnya selama ini.

Baca juga: CAJ di Tabanan hasilkan Deklarasi Bali tingkatkan kualitas jurnalisme ASEAN

"Tentu sebelumnya saya sudah melakukan kajian. Faktanya hingga kini belum ada satupun media di Bali yang gulung tikar, meskipun ada beberapa persoalan yang dihadapi. Media cetak masih kok jadi rujukan di tengah derasnya platform digital," ujarnya.

Media cetak masih banyak dibutuhkan terutama oleh instansi pemerintahan. Selain juga informasi media mainstream masih sangat penting di tengah derasnya informasi yang tidak karuan di media sosial.

Sementara itu Negah Muliarta mengatakan kondisi terkini platform digital yakni masih berkutatnya praktisi media di platform 1.0, padahal saat ini platformnya bergeser ke 3.0.

"Kita masih sibuk dengan SEO dan clickbait, kita lupa menyematkan DNA kita, yang penting bagaimana mengejar ‘viewer’. Ibaratnya media tanpa identitas," ucapnya.

Menurut praktisi media yang juga seorang akademisi ini, media yang nantinya bertahan yakni media yang memiliki idealisme dengan menciptakan jurnalisme berkualitas.

"Banyak yang membuat berita dengan melupakan nilai berita. Memang perlu proses yang berdarah-darah agar media tetap bisa bertahan," kata Muliarta.

Dalam kesempatan itu, Kepala Biro LKBN ANTARA Bali Edy M Ya'kub juga berpamitan dengan Kepala PWI Bali dan wartawan senior di Bali terkait alih tugas sebagai Redaktur ANTARA Jatim mulai pertengahan Januari 2023.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022