Association of Hospitality Leaders Indonesia (AHLI) menyatakan berupaya untuk membantu pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi COVID-19 melalui pembangunan kepariwisataan Republik Indonesia.

Upaya tersebut diwujudkan salah satunya dengan memulihkan sektor pariwisata Bali yang memiliki peran strategis dalam pemulihan ekonomi melalui pembangunan kepariwisataan seperti dengan penyelenggaraan Munas I AHLI di Bali, 25-27 November 2022.

"Itu alasannya memperjuangkan Bali sebagai tuan rumah. Ini bukan masalah persaingan memperebutkan tempat Munas namun berdasarkan pertimbangan berbagai aspek yang kontributif terhadap kemajuan pariwisata nasional," ujar Ketua DPD AHLI Bali Sang Putu Eka Pertama di Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.

Ia mengatakan beberapa waktu terakhir Pulau Dewata telah sukses menjadi tuan rumah berbagai kegiatan seperti KTT G20, World Tourism Day dan Asia Marketing Forum 2022.

Menurut dia konektivitas berbagai kegiatan berskala nasional dan internasional di Bali itu akan menguntungkan banyak pihak termasuk rantai pasok penawaran dan permintaan dalam berbagai sektor ekonomi.

Baca juga: Konferensi kedokteran internasional dukung wisata medis di Bali

"Ini yang dapat menjadi multiplier effect atau efek berganda kepariwisataan kami," kata Sang Putu Eka Pertama.

Munas I AHLI dihadiri sekitar 100 orang peserta dari berbagai asosiasi hospitality di Indonesia dan Bali termasuk Dewan Pertimbangan, Dewan Penasehat, Dewan Pimpinan Pusat dan perwakilan pengurus inti Dewan Pimpinan Daerah (DPD) seluruh Indonesia.

Sang Putu Eka Pertama menjelaskan selain membahas sejumlah isu-isu pariwisata terkini, Munas tersebut memiliki agenda utama yaitu pemilihan Ketua Umum DPP AHLI periode 2022-2026.

"Kegiatan ini sekaligus akan dikolaborasikan dengan kegiatan dari empat pilar kepariwisataan yang ada di dalam AHLI yakni pimpinan usaha perhotelan, makanan dan minuman, perjalanan wisata dan akademisi kepariwisataan," ungkap dia.

Ketua Umum DPP AHLI Ketut Swabawa menambahkan pandemi COVID-19 merupakan model baru dimensi VUCA yaitu Volatility (gejolak), Uncertanty (ketidakpastian), Complexity (kesemrawutan) dan Ambiguity (multitafsir) yang berdampak saat industri revolusi 4.0.

Baca juga: Cok Ace : wisata kesehatan jadi model pariwisata berkelanjutan di Bali

Hal itu dinilai mempengaruhi tatanan kehidupan menuju era society 5.0. Oleh karena itu AHLI berkomitmen berperan aktif, produktif dan kolaboratif dalam merespon hal tersebut.

"Munas AHLI 1 adalah momentum strategis bagi AHLI untuk menguatkan soliditas dan kontribusi dalam pembangunan kepariwisataan di Indonesia melalui internalisasi dan implementasi AD/ART, motto dan Kode Etik AHLI," ungkap dia.

Ia juga mengajak seluruh pemangku kepentingan pariwisata saling menguatkan dalam semangat kolaborasi sebagaimana motto AHLI sehingga dapat mengakselerasi pembangunan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan dan bertanggungjawab.

"Sesuai dengan makna motto MUNAS yaitu Accolading Hospitality Leveraging Industry adalah bagaimana kami para pelaku industri dapat menunjukkan kecintaan dan penghargaan pada industri tercinta sehingga dapat membantu pemerintah dalam pembangunan ekonomi bangsa menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia," kata Ketut Swabawa.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022