Pendiri Sungai Watch Gary Bencheghib bersama komunitasnya kembali melakukan pemasangan penghalang sampah di Kabupaten Badung, Bali tepatnya di Sungai Petitenget untuk menghindari sampah masuk ke laut.
"Sampai sekarang kita sudah pasang hampir 180 jaring mengapung, 80 persen sampah yang ada di laut datang dari sungai berarti kita harus hentikan sebelum dia masuk ke laut," kata Gary di Kabupaten Badung, Rabu.
Gary melihat, setiap kali musim hujan artinya musim panen sampah pula di Bali, beberapa lokasi yang ditandainya adalah kawasan tepi pantai di Kabupaten Badung yang kerap dipenuhi sampah, maka itu penting menurutnya untuk membenahi dari hulu.
Untuk penghalang sampah sendiri umumnya dibuat bersama tim, terdiri dari beberapa jenis namun yang saat ini digunakan dibuat dengan pipa mengapung dan jaring dari besi setinggi 40 sentimeter.
Baca juga: Prajurit TNI- tentara Amerika kumpulkan 100 karung sampah di kawasan mangrove Tahura
Penghalang sampah yang telah terpasang di 30 persen sungai di Pulau Dewata itu disebutnya berhasil menjaring 3 ton sampah plastik per hari, di mana wilayah jaring tersebar di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar dengan jenis sampah terbanyak adalah kresek.
Di satu sungai, komunitas yang berdiri sejak 2020 itu umumnya memasang lebih dari satu jaring, melihat luas, kepadatan penduduk, dan volume sampah yang kerap mengalir dan akan sampai ke lautan.
"Sampah plastik kita kumpulkan bawa ke fasilitas kita, ada 6 fasilitas di mana kita pilih dan sortir, kita lihat merek-nya supaya kita lapor ke pemerintah dan nantinya bisa kita diskusikan. Lalu itu di daur ulang agar semua plastik dapat menjadi papan plastik, bisa buat kursi, meja, segala macam," ujarnya.
Kepada media, Gary menuturkan bahwa pengurangan sampah plastik dari hulu merupakan hal yang penting, belum lagi saat ini Indonesia sedang menghelat G20.
Menurut dia, masalah sampah plastik adalah masalah dunia, sehingga jika ada sampah yang lolos dari Bali dan mengarungi lautan maka bisa sampai ke luar negeri, begitu pula sebaliknya.
Upaya-upaya Sungai Watch dalam melindungi alam kini mulai dilihat masyarakat, Gary menyebut di Kabupaten Tabanan saat ini pihaknya sudah membuka sejumlah penghalang sampah di sungai dan digunakan untuk sungai lainnya.
"Kita sudah lepas jaringnya ketika volume sampah berkurang terus. Kesadaran masyarakat untuk bangkit itu misi kita, agar semua titik tidak perlu lagi dipasang jaring, karena kesadaran masyarakat sudah tinggi," kata Gary.
Kegiatan mengurangi sampah dengan pemasangan penghalang yang dilakukan di kawasan Seminyak ini juga didukung oleh Mamaka by Ovolo, pihak swasta yang bergandengan dengan Sungai Watch dalam misi mereka dalam mengurangi limbah.
"Saya tahu hotel memberikan banyak limbah dan setidaknya mereka ikut mengurangi dampak karena bekerja di Bali. Ini cerita yang luar biasa, kerja yang baik, saya sangat senang bisa bekerja sama dan berpartisipasi dalam menjaga laut dan bantu mengurangi limbah," kata CEO Ovolo Hotels Dave Baswal di Kabupaten Badung.
Dave bercerita bahwa perusahannya sejak awal di Bali berusaha mencari pasangan untuk bekerjasama salah satunya memberi dampak dan ia melihat hal itu pada Sungai Watch.
Dukungan alat penghalang sampah yang diberikan pihaknya kali ini disebut sebagai upaya awal dalam kerja sama menjaga bumi lebih lanjut ke depannya, dengan salah satu upaya yang diterapkan di Ovolo Hotels seperti tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai, dan membuat program daur ulang.
Selain kerja sama dengan pihak swasta, Sungai Watch juga aktif dalam koordinasinya dengan pemerintah setempat.
"Kita berbagi data terbuka, setiap jaring kita bisa tahu berapa volume sampah per desa, atau kalau kita perlu bantuan pengangkut sampah akan disediakan serta kegiatan saat musim panen sampah dilakukan dengan kerja keras bersama," ujar Gary Bencheghib menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Sampai sekarang kita sudah pasang hampir 180 jaring mengapung, 80 persen sampah yang ada di laut datang dari sungai berarti kita harus hentikan sebelum dia masuk ke laut," kata Gary di Kabupaten Badung, Rabu.
Gary melihat, setiap kali musim hujan artinya musim panen sampah pula di Bali, beberapa lokasi yang ditandainya adalah kawasan tepi pantai di Kabupaten Badung yang kerap dipenuhi sampah, maka itu penting menurutnya untuk membenahi dari hulu.
Untuk penghalang sampah sendiri umumnya dibuat bersama tim, terdiri dari beberapa jenis namun yang saat ini digunakan dibuat dengan pipa mengapung dan jaring dari besi setinggi 40 sentimeter.
Baca juga: Prajurit TNI- tentara Amerika kumpulkan 100 karung sampah di kawasan mangrove Tahura
Penghalang sampah yang telah terpasang di 30 persen sungai di Pulau Dewata itu disebutnya berhasil menjaring 3 ton sampah plastik per hari, di mana wilayah jaring tersebar di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar dengan jenis sampah terbanyak adalah kresek.
Di satu sungai, komunitas yang berdiri sejak 2020 itu umumnya memasang lebih dari satu jaring, melihat luas, kepadatan penduduk, dan volume sampah yang kerap mengalir dan akan sampai ke lautan.
"Sampah plastik kita kumpulkan bawa ke fasilitas kita, ada 6 fasilitas di mana kita pilih dan sortir, kita lihat merek-nya supaya kita lapor ke pemerintah dan nantinya bisa kita diskusikan. Lalu itu di daur ulang agar semua plastik dapat menjadi papan plastik, bisa buat kursi, meja, segala macam," ujarnya.
Kepada media, Gary menuturkan bahwa pengurangan sampah plastik dari hulu merupakan hal yang penting, belum lagi saat ini Indonesia sedang menghelat G20.
Menurut dia, masalah sampah plastik adalah masalah dunia, sehingga jika ada sampah yang lolos dari Bali dan mengarungi lautan maka bisa sampai ke luar negeri, begitu pula sebaliknya.
Upaya-upaya Sungai Watch dalam melindungi alam kini mulai dilihat masyarakat, Gary menyebut di Kabupaten Tabanan saat ini pihaknya sudah membuka sejumlah penghalang sampah di sungai dan digunakan untuk sungai lainnya.
"Kita sudah lepas jaringnya ketika volume sampah berkurang terus. Kesadaran masyarakat untuk bangkit itu misi kita, agar semua titik tidak perlu lagi dipasang jaring, karena kesadaran masyarakat sudah tinggi," kata Gary.
Kegiatan mengurangi sampah dengan pemasangan penghalang yang dilakukan di kawasan Seminyak ini juga didukung oleh Mamaka by Ovolo, pihak swasta yang bergandengan dengan Sungai Watch dalam misi mereka dalam mengurangi limbah.
"Saya tahu hotel memberikan banyak limbah dan setidaknya mereka ikut mengurangi dampak karena bekerja di Bali. Ini cerita yang luar biasa, kerja yang baik, saya sangat senang bisa bekerja sama dan berpartisipasi dalam menjaga laut dan bantu mengurangi limbah," kata CEO Ovolo Hotels Dave Baswal di Kabupaten Badung.
Dave bercerita bahwa perusahannya sejak awal di Bali berusaha mencari pasangan untuk bekerjasama salah satunya memberi dampak dan ia melihat hal itu pada Sungai Watch.
Dukungan alat penghalang sampah yang diberikan pihaknya kali ini disebut sebagai upaya awal dalam kerja sama menjaga bumi lebih lanjut ke depannya, dengan salah satu upaya yang diterapkan di Ovolo Hotels seperti tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai, dan membuat program daur ulang.
Selain kerja sama dengan pihak swasta, Sungai Watch juga aktif dalam koordinasinya dengan pemerintah setempat.
"Kita berbagi data terbuka, setiap jaring kita bisa tahu berapa volume sampah per desa, atau kalau kita perlu bantuan pengangkut sampah akan disediakan serta kegiatan saat musim panen sampah dilakukan dengan kerja keras bersama," ujar Gary Bencheghib menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022