Kuta (Antara Bali) - Michael Sheridan, pakar dunia perfilman dokumenter Amerika Serikat bersama senias Indonesia memberikan pelatihan memproduksi film bagi pelajar dan mahasiswa serta komunitas film di Bali, yang digelar 1-4 November 2012.
"Pelatihan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi film. Kegiatan tersebut merupakan salah satu program kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman," kata Sudibyo JS, koordinator kegiatan tersebut, di Kuta, Sabtu
Program dengan tema "Filmku Bangsaku" itu berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) bidang perfilman di tujuh kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.
Menurut dia, SDM perfilman Indonesia berkembang cukup baik di sejumlah kota di Tanah Air, namun sayang pertumbuhan kuantitas yang begitu besar tidak diikuti oleh peningkatan kualitas film yang dihasilkan.
Hal itu dipicu oleh tiga hal, yakni kurangnya ilmu pengetahuan sinematografi sehingga menimbulkan kegagapan menghadapi kemajuan teknologi informasi global. Kedua, tayangan film dan sinetron dirasa kurang mencerdaskan serta kurang mengaktualisasikan jati diri bangsa sehingga mendorong penjiplakan produk di berbagai daerah.
Hal terakhir, banyaknya pengajar SMK maupun perguruan tinggi broadcasting yang kurang kompeten mengajar produksi film, sehingga mereka harus dibekali pengetahuan yang cukup.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Pelatihan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi film. Kegiatan tersebut merupakan salah satu program kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman," kata Sudibyo JS, koordinator kegiatan tersebut, di Kuta, Sabtu
Program dengan tema "Filmku Bangsaku" itu berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) bidang perfilman di tujuh kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.
Menurut dia, SDM perfilman Indonesia berkembang cukup baik di sejumlah kota di Tanah Air, namun sayang pertumbuhan kuantitas yang begitu besar tidak diikuti oleh peningkatan kualitas film yang dihasilkan.
Hal itu dipicu oleh tiga hal, yakni kurangnya ilmu pengetahuan sinematografi sehingga menimbulkan kegagapan menghadapi kemajuan teknologi informasi global. Kedua, tayangan film dan sinetron dirasa kurang mencerdaskan serta kurang mengaktualisasikan jati diri bangsa sehingga mendorong penjiplakan produk di berbagai daerah.
Hal terakhir, banyaknya pengajar SMK maupun perguruan tinggi broadcasting yang kurang kompeten mengajar produksi film, sehingga mereka harus dibekali pengetahuan yang cukup.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012