Delhi (Antara Bali) - Menteri Ekonomi dan Teknologi Jerman Philipp Rosler mengatakan perusahaan-perusahaan Jerman belum tertarik pada proyek-proyek infrastruktur di Indonesia karena pihak Indonesia hanya memberikan peluang bagi tender-tender proyek berskala besar.
"Kami tahu Indonesia punya rencana pembangunan infrastruktur jangka panjang dengan nilai besar. Perusahaan-perusahaan Jerman hanya bermain di sektor infrastruktur kecil dan menengah jadi tak bisa di Indonesia," kata Rosler menjawab pertanyaaan ANTARA dalam jumpa pers Konferensi Bisnis Jerman di Asia-Pasifik di Delhi, Jumat.
Konferensi Asia-Pacific Conference of German Business yang berlangsung 1-3 November 2012 itu dihadiri oleh sedikitnya 700 kalangan pebinis Jerman yang bergerak di kawasan Asia-Pasifik. Konferensi dilaksanakan berkala setiap dua tahun, dengan yang pertama tahun 1986.
Rosler menjawab pertanyaan media dalam konferensi pers itu didampingi Ketua Komite Binis Jerman di Asia-Pasifik (APA) yang juga CEO perusahaan Siemens AG, Peter Loscher.
Rosler mengatakan Indonesia selalu berpikir "sangat besar" untuk pasar infrastruktur yang ditawarkannya kepada pihak luar baik untuk jalan, bandar udara maupun pelabuhan. Sementara perusahaan-perusahaan infrastruktur Jerman bermain di tender-tender kecil dan menengah saja.
Menjawab pertanyaan mengapa pihak Jerman tak masuk ke pasar infrastruktur Indonesia dalam konsorsium seperti yang dilakukan China, Jepang dan Korea, Rosler mengatakan bisa saja jika memang inisiatifnya berasal dari pihak Indonesia untuk mendorong pihak Jerman masuk dalam konsorsium.
Berdasar catatan, Kementerian Pekerjaan Umum RI telah mengumumkan total investasi Pemerintah untuk seluruh koridor ekonomi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 2011-2014 adalah sebesar Rp50,356 triliun, yang berkisar 30 persennya untuk infrastruktur.
Pekerjaan yang dilaksanakan terkait dengan MP3EI itu antara lain jalan di Sei Mangke Sumatera Utara, proyek-proyek untuk mendukung Metropolitan Area di Jakarta seperti akses Tanjung Priok, akses jalan di Nabire-Narotali, dan Manokwari-Sorong di Papua.(E004/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kami tahu Indonesia punya rencana pembangunan infrastruktur jangka panjang dengan nilai besar. Perusahaan-perusahaan Jerman hanya bermain di sektor infrastruktur kecil dan menengah jadi tak bisa di Indonesia," kata Rosler menjawab pertanyaaan ANTARA dalam jumpa pers Konferensi Bisnis Jerman di Asia-Pasifik di Delhi, Jumat.
Konferensi Asia-Pacific Conference of German Business yang berlangsung 1-3 November 2012 itu dihadiri oleh sedikitnya 700 kalangan pebinis Jerman yang bergerak di kawasan Asia-Pasifik. Konferensi dilaksanakan berkala setiap dua tahun, dengan yang pertama tahun 1986.
Rosler menjawab pertanyaan media dalam konferensi pers itu didampingi Ketua Komite Binis Jerman di Asia-Pasifik (APA) yang juga CEO perusahaan Siemens AG, Peter Loscher.
Rosler mengatakan Indonesia selalu berpikir "sangat besar" untuk pasar infrastruktur yang ditawarkannya kepada pihak luar baik untuk jalan, bandar udara maupun pelabuhan. Sementara perusahaan-perusahaan infrastruktur Jerman bermain di tender-tender kecil dan menengah saja.
Menjawab pertanyaan mengapa pihak Jerman tak masuk ke pasar infrastruktur Indonesia dalam konsorsium seperti yang dilakukan China, Jepang dan Korea, Rosler mengatakan bisa saja jika memang inisiatifnya berasal dari pihak Indonesia untuk mendorong pihak Jerman masuk dalam konsorsium.
Berdasar catatan, Kementerian Pekerjaan Umum RI telah mengumumkan total investasi Pemerintah untuk seluruh koridor ekonomi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 2011-2014 adalah sebesar Rp50,356 triliun, yang berkisar 30 persennya untuk infrastruktur.
Pekerjaan yang dilaksanakan terkait dengan MP3EI itu antara lain jalan di Sei Mangke Sumatera Utara, proyek-proyek untuk mendukung Metropolitan Area di Jakarta seperti akses Tanjung Priok, akses jalan di Nabire-Narotali, dan Manokwari-Sorong di Papua.(E004/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012