Kuta (Antara Bali) - Produsen Vaksin Indonesia PT Bio Farma (Persero) akan memperkuat riset dan penguasaan teknologi yang dilakukan secara sinergi dengan perguruan tinggi untuk memproduksi vaksin sebagai bagian produk biologi.
"Riset jika dilakukan sendiri maka bisa mencapai 15 tahun dalam pengembangan produk biologi ke depan, maka penguasaan teknologi dan sinergi riset itu perlu dilakukan untuk memperpendek waktu," kata Corporate Secreatry PT Bio Farma (Persero) Rahman Rustan, di Kuta, Rabu.
Dia mengatakan, produsen vaksin satu-satunya milik Tanah Air itu saat ini fokus untuk mengembangkan produk biologi karena kebutuhan masyarakat terhadap produk itu cukup tinggi.
Rahman menegaskan bahwa untuk memperkuat penguasaan teknologi dan riset perlu dilakukan kerja sama dengan perguruan tinggi atau kolaborasi antarperusahaan, antarpemasok yang memasok bahan baku, hingga agen pemasaran.
Sementara itu jika dibandingkan negara maju kolaborasi dengan para pihak tersebut telah dilakukan termasuk dengan menggandeng perguruan tinggi untuk bersama melakukan riset.
"Tidak hanya kalangan industri, tetapi riset juga dilakukan perguruan tinggi. Kalau di luar negeri mereka sudah bersinergi," katanya.
Iapun mengatakan bahwa rantai suplai juga bisa diperkuat mulai dari bahan baku hingga penyeluran agen pemasaran.
Pakar bidang praktek pembuatan obat dari Australia, David Buckley mengatakan bahwa untuk mengembangkan produksi vaskin, produsen harus mengajak lulusan yang memiliki latar belakang pendidikan bioteknologi.
Ia menilai bahwa saat ini infrastruktur merupakan salah satu tantangan dalam produksi vaksin. Buckley mengatakan bahwa produksi vaksin polio Bio Farma terus meningkat terutama vaksin polio, namun untuk pengisian vaksin itu harus dibatasi karena infrastruktur yang mahal.
"Infrastruktur merupakan salah satu tantangan, disamping pembiayaan sumber daya, peralatan, dan bahan baku," katanya.(DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Riset jika dilakukan sendiri maka bisa mencapai 15 tahun dalam pengembangan produk biologi ke depan, maka penguasaan teknologi dan sinergi riset itu perlu dilakukan untuk memperpendek waktu," kata Corporate Secreatry PT Bio Farma (Persero) Rahman Rustan, di Kuta, Rabu.
Dia mengatakan, produsen vaksin satu-satunya milik Tanah Air itu saat ini fokus untuk mengembangkan produk biologi karena kebutuhan masyarakat terhadap produk itu cukup tinggi.
Rahman menegaskan bahwa untuk memperkuat penguasaan teknologi dan riset perlu dilakukan kerja sama dengan perguruan tinggi atau kolaborasi antarperusahaan, antarpemasok yang memasok bahan baku, hingga agen pemasaran.
Sementara itu jika dibandingkan negara maju kolaborasi dengan para pihak tersebut telah dilakukan termasuk dengan menggandeng perguruan tinggi untuk bersama melakukan riset.
"Tidak hanya kalangan industri, tetapi riset juga dilakukan perguruan tinggi. Kalau di luar negeri mereka sudah bersinergi," katanya.
Iapun mengatakan bahwa rantai suplai juga bisa diperkuat mulai dari bahan baku hingga penyeluran agen pemasaran.
Pakar bidang praktek pembuatan obat dari Australia, David Buckley mengatakan bahwa untuk mengembangkan produksi vaskin, produsen harus mengajak lulusan yang memiliki latar belakang pendidikan bioteknologi.
Ia menilai bahwa saat ini infrastruktur merupakan salah satu tantangan dalam produksi vaksin. Buckley mengatakan bahwa produksi vaksin polio Bio Farma terus meningkat terutama vaksin polio, namun untuk pengisian vaksin itu harus dibatasi karena infrastruktur yang mahal.
"Infrastruktur merupakan salah satu tantangan, disamping pembiayaan sumber daya, peralatan, dan bahan baku," katanya.(DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012