Komunitas sosial di Bali yang berkolaborasi dengan pemerintah, masyarakat sipil, desa adat dan pelaku bisnis mendorong kesadaran kolektif akan pentingnya pariwisata hijau bagi wisatawan di Bali melalui ajang SustaFesta di Ubud, Bali, Sabtu.
 
 
Ajang tahunan yang diselenggarakan oleh komunitas KemBali Becik dan Mana Earthly Paradise tahun ini mengangkat tema besar tentang pariwisata yang berkelanjutan dan sekaligus mendukung posisi Indonesia mengenai isu ekonomi hijau dalam perhelatan presidensi G20.
 
 
SustaFesta sendiri merupakan kegiatan kolaboratif untuk memperingati World Tourism Day dengan tema “Greening Bali Travel: Tourism that is Good for Planet, People and Profit”.
 
Baca juga: Teminal LNG Benoa perkuat ketahanan energi dan pariwisata Bali
 
Manager Kampanye KemBali Becik Michelle Winowatan menjelaskan kegiatan kolaboratif tersebut bertujuan mengajak pelaku wisata dan wisatawan untuk menyadari dan mempraktikkan pariwisata ramah lingkungan yang berkelanjutan.
 
 
“Kampanye ini ingin membentuk dan memperkuat ekosistem pariwisata berkelanjutan antara pelaku usaha pariwisata dan wisatawan agar pariwisata Bali dapat memberikan manfaat pada lingkungan dan komunitas,” kata Michelle.
 
 
Dia mengatakan penyelenggaraan ajang SustaFesta di Ubud, Bali diisi dengan berbagai kegiatan kolaboratif antara komunitas dan masyarakat lokal termasuk pasar berkelanjutan, talkshow, lokakarya, kegiatan anak, pemutaran film, diskusi, serta penampilan musik.
 
 
Dalam acara talkshow “Regenerating Earth, Generating Profit: How Tourism Businesses Can Champion Sustainability” menghadirkan Founder Earth Company dan Mana Earthly Paradise Aska & Tomo Hamakawa, serta Co-Founder Ecotourism Bali Rahmi Fajar Harini.
 
 
Co-Founder Ecotourism Bali, Rahmi Fajar Harini mengatakan gelombang kunjungan wisata yang besar tentunya menimbulkan  persoalan sampah.
 
Baca juga: PLN terangi objek wisata dengan energi bersih
 
“Perlu dilakukan kampanye sosial untuk merubah kebiasaan wisatawan yang berkunjung ke Bali agar menjadi wisatawan yang lebih bijak kepada lingkungan,” kata Fajar Harini.
 
 
Sementara itu, Founders Earth Company and Mana Earthly Paradise, Aska dan Tomo Hamakawa menjelaskan menurut data resmi yang terkonfirmasi, provinsi Bali menggunakan 65 persen air untuk kebutuhan pariwisata. Dia menyatakan jika kebutuhan air ini tidak digunakan secara bijak, maka akan berdampak pada permasalahan krisis air di Bali.
 
 
“Sudah saatnya pariwisata mengembalikan atau memberikan keberlangsungan pada Bali,” kata Tomo Hamakawa.
 
 
Sebagai salah satu komitmen mendorong pariwisata berkelanjutan, Mana Earthly Paradise sebagai tuan rumah kegiatan yang merupakan hotel berlokasi di Ubud telah mempraktikkan konsep ramah lingkungan melalui villa earth bag, restoran probiotik dan toko berkelanjutannya.
 
 
Mana Earthly Paradise sebagai salah satu pelaku usaha wisata di Ubud, Bali berkomitmen menjadi solusi akan peningkatan kesadaran lingkungan dan sosial melalui praktik berkelanjutan dan inovatif.
 
 
Begitupun dengan komunitas KemBali Becik memiliki visi yang sejalan yaitu untuk mendorong ekonomi dan pariwisata Bali yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.
 
 
KemBali Becik merupakan sebuah kolaborasi dari sejumlah organisasi lintas sektor yang ada di Bali berkomitmen membantu para wisatawan agar menjadi wisatawan yang lebih bijak.

Pewarta: Rolandus Nampu

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022