Jakarta (Antara Bali) - Pengusaha sekaligus Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung, mengatakan bahwa Indonesia harus bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah ('middle income trap') dan menjadi negara berpendapatan tinggi.
"Sejarah memang menunjukkan bahwa banyak negara gagal dalam meningkatkan diri dari kategori kelas menengah menjadi tinggi, Indonesia jangan sampai menjadi salah satu negara itu," kata Chairul dalam Temu Akbar Alumni Institut Teknologi Surabaya di Jakarta, Sabtu.
Chairul mengaku bersyukur Indonesia dapat menjadi negara berpenghasilan menengah dengan pendapatan sekitar 3.500 dolar AS perkapita per tahun. Namun untuk menjadi pemain ekonomi kelas dunia, bangsa ini harus berusaha lebih keras lagi.
Menurut Chairul, Indonesia saat ini masih dalam masa transisi dan belum mantap berada di kategori negara berpendapatan menengah. Hal tersebut ditunjukkan dengan data bahwa 38 persen tenaga kerja masih berada pada sektor pertanian.
Meskipun pertanian dapat menyerap tenaga kerja sebesar 38 persen, namun sektor tersebut hanya mampu menyumbang 15 persen produk domestik bruto (PDB). "Ini menunjukkan bahwa kemiskinan berada pada sektor pertanian," kata dia.(*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Sejarah memang menunjukkan bahwa banyak negara gagal dalam meningkatkan diri dari kategori kelas menengah menjadi tinggi, Indonesia jangan sampai menjadi salah satu negara itu," kata Chairul dalam Temu Akbar Alumni Institut Teknologi Surabaya di Jakarta, Sabtu.
Chairul mengaku bersyukur Indonesia dapat menjadi negara berpenghasilan menengah dengan pendapatan sekitar 3.500 dolar AS perkapita per tahun. Namun untuk menjadi pemain ekonomi kelas dunia, bangsa ini harus berusaha lebih keras lagi.
Menurut Chairul, Indonesia saat ini masih dalam masa transisi dan belum mantap berada di kategori negara berpendapatan menengah. Hal tersebut ditunjukkan dengan data bahwa 38 persen tenaga kerja masih berada pada sektor pertanian.
Meskipun pertanian dapat menyerap tenaga kerja sebesar 38 persen, namun sektor tersebut hanya mampu menyumbang 15 persen produk domestik bruto (PDB). "Ini menunjukkan bahwa kemiskinan berada pada sektor pertanian," kata dia.(*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012