Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) RI Teten Masduki menegaskan penguatan ekosistem industri kriya dan wastra jadi salah satu prioritas Kementerian Koperasi dan UKM karena keduanya merupakan sektor unggulan yang melibatkan banyak perajin kecil.
Oleh karena itu, Teten menyampaikan pihaknya bakal membenahi ekosistem kriya dan wastra dari hulu ke hilir, yang mana mencakup pembiayaan, penggunaan teknologi, dan akses untuk terhubung ke pasar.
“Kriya dan wastra merupakan salah satu UMKM unggulan yang melibatkan banyak perajin kecil. Jadi kenapa unggulan, karena hampir semua bahan bakunya itu dari dalam negeri dan kita punya kekayaan budaya sehingga produk kriya dan wastra sangat beragam,” kata Teten menjawab pertanyaan ANTARA saat ditemui di Bali Collection Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis.
Teten menyampaikan untuk pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM memiliki program kredit usaha rakyat (KUR) klaster yang rencananya bakal diuji coba tahun ini untuk beberapa sektor, di antaranya industri kriya dan wastra.
“KUR klaster itu bisa sampai Rp500 juta, dan jumlah (penerimanya) tidak dibatasi. Jadi ini penting karena (memperkuat ekosistem) UMKM tidak bisa sendiri-sendiri, untuk bisa naik kelas, untuk bisa ekspor tidak bisa sendiri-sendiri karena masalah logistik,” kata Menteri Koperasi dan UKM.
Baca juga: Kemenkop/UKM: 19,5 juta pelaku UMKM masuk "e-commerce"
Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM menggandeng sejumlah agregator misalnya Alun-Alun Indonesia, Krisna Bali, dan Sarinah.
“Kami bermitra dengan para agregator yang sudah punya market dalam negeri dan luar negeri. Itu akan memudahkan untuk pengembangan UMKM sendiri,” kata Teten.
Dengan demikian, nantinya KUR klaster itu diberikan kepada pelaku UMKM yang bermitra atau menjual barangnya di agregator tersebut.
“Misalnya, kami dengan Krisna bisa langsung piloting (uji coba) membantu mitra-mitra Krisna mendapatkan pembiayaan sehingga Krisna tidak perlu keluar uang sendiri untuk modal (para perajin/mitra UMKM),” kata Teten Masduki.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Wury Ma’ruf Amin menyampaikan usaha kriya dan wastra merupakan subsektor industri yang penting, karena kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) dan nilai ekspor.
Subsektor kerajinan menyumbang sampai 49 persen atau 916 juta dolar AS setara Rp13,65 triliun pada 2021, sementara sumbangan subsektor kerajinan pada PDB Tahun 2020 mencapai Rp166,3 triliun dengan jumlah perajin sebanyak 3,9 juta orang.
Baca juga: MenkopUKM target pengusaha muda 3,95 persen pada 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Oleh karena itu, Teten menyampaikan pihaknya bakal membenahi ekosistem kriya dan wastra dari hulu ke hilir, yang mana mencakup pembiayaan, penggunaan teknologi, dan akses untuk terhubung ke pasar.
“Kriya dan wastra merupakan salah satu UMKM unggulan yang melibatkan banyak perajin kecil. Jadi kenapa unggulan, karena hampir semua bahan bakunya itu dari dalam negeri dan kita punya kekayaan budaya sehingga produk kriya dan wastra sangat beragam,” kata Teten menjawab pertanyaan ANTARA saat ditemui di Bali Collection Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis.
Teten menyampaikan untuk pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM memiliki program kredit usaha rakyat (KUR) klaster yang rencananya bakal diuji coba tahun ini untuk beberapa sektor, di antaranya industri kriya dan wastra.
“KUR klaster itu bisa sampai Rp500 juta, dan jumlah (penerimanya) tidak dibatasi. Jadi ini penting karena (memperkuat ekosistem) UMKM tidak bisa sendiri-sendiri, untuk bisa naik kelas, untuk bisa ekspor tidak bisa sendiri-sendiri karena masalah logistik,” kata Menteri Koperasi dan UKM.
Baca juga: Kemenkop/UKM: 19,5 juta pelaku UMKM masuk "e-commerce"
Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM menggandeng sejumlah agregator misalnya Alun-Alun Indonesia, Krisna Bali, dan Sarinah.
“Kami bermitra dengan para agregator yang sudah punya market dalam negeri dan luar negeri. Itu akan memudahkan untuk pengembangan UMKM sendiri,” kata Teten.
Dengan demikian, nantinya KUR klaster itu diberikan kepada pelaku UMKM yang bermitra atau menjual barangnya di agregator tersebut.
“Misalnya, kami dengan Krisna bisa langsung piloting (uji coba) membantu mitra-mitra Krisna mendapatkan pembiayaan sehingga Krisna tidak perlu keluar uang sendiri untuk modal (para perajin/mitra UMKM),” kata Teten Masduki.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Wury Ma’ruf Amin menyampaikan usaha kriya dan wastra merupakan subsektor industri yang penting, karena kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) dan nilai ekspor.
Subsektor kerajinan menyumbang sampai 49 persen atau 916 juta dolar AS setara Rp13,65 triliun pada 2021, sementara sumbangan subsektor kerajinan pada PDB Tahun 2020 mencapai Rp166,3 triliun dengan jumlah perajin sebanyak 3,9 juta orang.
Baca juga: MenkopUKM target pengusaha muda 3,95 persen pada 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022